I.
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam arti Islam, adalah
sesuatu yang hanya diperuntukkan bagi manusia. Pernyataan ini ditegaskan oleh
Syed Muhammad Naquib al-Attas.Penegasan ini mengindikasikan bahwa pendidikan
Islam secara filosofis seyogyanya memiliki konsep yang jelas mengenai manusia.
Kalau pendidikan hanya untuk manusia, pertanyaan yang pantas dikemukakan adalah
“manusia yang bagaimana yang dikehendaki oleh pendidikan Islam sebagai tujuan
akhirnya”.? Jawaban atas pertanyaan ini dikemukakan oleh beberapa ahli
pendidikan Islam seperti dikutip oleh Suharto, antara lain Ahmad D. Marimba
menyatakan tujuan akhir pendidikan Islam untuk membentuk “manusia yang
berkepribadian Muslim”, Muhammad Munir Mursy menyebutnya sebagai “insâan kâmil”
(manusia sempurna), Muhammad Quthb menyebutnya sebagai “manusia sejati”,
sedangkan Muhammad Athiyah al-Abrasyi menyatakan bahwa manusia yang ingin
dibentuk oleh pendidikan Islam adalah “manusia yang mencapai akhlak sempurna”.
Allah swt berfirman:
“Tidaklah Aku mengutusmu kecuali
untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’/21: 107)
Sebenarnya kata “Rahmat” sangat luas
makna dan kaitannya dengan aspek-aspek penting dalam kehidupan manusia.
Al-Qur’an mengkaitkan kata “Rahmat”, misalnya dengan hidayah, keberkahan,
shalawat, karunia (fadhilah), maghfirah, sakinah dan mawaddah, serta lainnya.
.
b.
Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka rumusan
masalah adalah:
1.
Apa
dan bagaimana tujuan pendidikan islam itu?
2.
Apa
dan bagaimana tujuan risalah nabi itu?
II.
PEMBAHASAN
A.
Tujuan
Pendidikan ilam
Salah satu aspek penting dan
mendasar dalam pendidikan adalah aspek tujuan. Merumuskan tujuan pendidikan
merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling
tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta
dengan pertimbangan prinsip prinsip dasarnya. Hal tersebut disebabkan
pendidikan adalah upaya yang paling utama, bahkan satu satunya untuk membentuk
manusia menurut apa yang dikehendakinya. Karena itu menurut para ahli
pendidikan, tujuan pendidikan pada hakekatnya merupakan rumusan-rumusan dari
berbagai harapan ataupun keinginan manusia.[1]
Ghozali melukiskan tujuan pendidikan
sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,
yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni memberi petunjuk akhlak dan pembersihan
jiwa dengan maksud di balik itu membentuk individu-individu yang tertandai
dengan sifat-sifat utama dan takwa. Dengan ini pula keutamaan itu akan merata
dalam masyarakat.[2]
Hujair AH. Sanaky menyebut istilah
tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya
sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu
“Rohmatan Lil ‘Alamin”. Selain itu, sebenarnya konsep dasar filosofis
pendidikan Islam lebih mendalam dan menyangkut persoalan hidup multi
dimensional, yaitu pendidikan yang tidak terpisahkan dari tugas kekhalifahan
manusia, atau lebih khusus lagi sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam
rangka membangun kehidupan dunia yang makmur, dinamis, harmonis dan lestari
sebagaimana diisyaratkan oleh Allah dalam al Qur’an. Pendidikan Islam adalah
pendidikan yang ideal, sebab visi dan misinya adalah “Rohmatan Lil ‘Alamin”,
yaitu untuk membangun kehidupan dunia yang yang makmur, demokratis, adil,
damai, taat hukum, dinamis, dan harmonis.[3]
Munzir Hitami berpendapat bahwa
tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi
oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya. Bila
dilihat dari ayat-ayat al Qur’an ataupun hadits yang mengisyaratkan tujuan
hidup manusia yang sekaligus menjadi tujuan pendidikan, terdapat beberapa macam
tujuan, termasuk tujuan yang bersifat teleologik itu sebagai berbau mistik dan
takhayul dapat dipahami karena mereka menganut konsep konsep ontologi
positivistik yang mendasar kebenaran hanya kepada empiris sensual, yakni
sesuatu yang teramati dan terukur.[9]
Qodri Azizy menyebutkan batasan
tentang definisi pendidikan agama Islam dalam dua hal, yaitu; a) mendidik
peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam; b)
mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran Islam. Sehingga
pengertian pendidikan agama Islam merupakan usaha secara sadar dalam memberikan
bimbingan kepada anak didik untuk berperilaku sesuai dengan ajaran Islam dan
memberikan pelajaran dengan materi-materi tentang pengetahuan Islam.[4]
Tujuan pendidikan Islam tidak
terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan
pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai
kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali
Imran: 102).
Dalam konteks sosiologi pribadi yang
bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan
hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir
pendidikan Islam.
Tujuan khusus yang lebih spesifik
menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih
praxis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi
ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini
dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu
proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.
Dalam tujuan khusus tahap-tahap
penguasaan anak didik terhadap bimbingan yang diberikan dalam berbagai
aspeknya; pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, ketrampilan atau dengan istilah
lain kognitif, afektif dan psikomotor. Dari tahapan ini kemudian dapat dicapai
tujuan-tujuan yang lebih terperinci lengkap dengan materi, metode dan system
evaluasi. Inilah yang kemudian disebut kurikulum, yang selanjutnya diperinci
lagi kedalam silabus dari berbagai materi bimbingan.
Dasar-dasar pendidikan Islam, secara
prinsipil diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat
kebudayaannya, yaitu:[5]
·
Al-Qur’an
dan Sunnah, karena memberikan prinsip yang penting bagi pendidikan yaitu
penghormatan kepada akal, kewajiban menuntut ilmu dsb.
·
Nilai-nilai
social kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam atas prinsip
mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia.
·
Warisan
pemikiran Islam, yang merupakan refleksi terhadap ajaran-ajaran pokok Islam.
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan
umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi
menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan
kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia
dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah
digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah
kepada Allah. Seperti dalam surat
a Dzariyat ayat 56 :“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka
beribadah kepada-Ku”.
Jalal menyatakan bahwa sebagian
orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan
Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi
sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang
dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban
orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkan-nya dengan cara yang
benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang
mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa
perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
a.
Tujuan
yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan,
tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
b.
Tujuan
yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah
laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya
pengalaman masyarakat.
c.
Tujuan
profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu,
sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut al abrasyi, merinci tujuan
akhir pendidikan islam menjadi pembinaan akhlak, menyiapkan anak didik untuk
hidup dudunia dan akhirat, penguasaan ilmu, dan keterampilan bekerja dalam
masyrakat. Demikian pula dengan Munir Mursi yang pemikirannya tidak terlalu
jauh berbeda dengan Abrasyi. Menurut Munir, pendidikan Islam bertujuan
menemukan kebahagiaan di dunia dan akhirat, menghambakan diri kepada Allah,
memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam serta
akhlak mulia. Sedangkan menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam
dapat diperinci menjadi tujuan keagamaan, tujuan pengembangan akal dan akhlak,
tujuan pengajaran kebudayaan, dan tujuan pembicaraan kepribadian.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tujuan pendidikan Islam tersebut akan membentuk karaktristik pendidikan
Islam yang meliputi :
1.
Penekanan
pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan pengembangan atas dasr ibadah
kepada Allah swt.
2.
Penekanan pada nilai-nilai akhlak.
3.
Pengakuan
akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatu kepribadian.
4.
Pengamalan
ilmu pengetahuan atas dasr tanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat manusia.
B.
Tujuan Risalah
Pembahasan mengenai tujuan risalah adalah terdapat dalam firman
Allah SWT.
وما آرسل نا ك إلا رحمة للعا لمينِ
Dalam ayat ini tujuan risalah
dikaitkan dengan kalimat “Inna Arsalnaka”. Kalimat ini mengandung tiga subtansi
penting yang tak dapat dipisahkan yaitu risalah dan diri Rasulullah saw yang
dinyakan denga “ka” (kamu), dan Allah swt sebagai penentu dan pemilihnya. Di
sini Allah swt sebagai pihak yang mengutus, memilih dan menetapkan Muhammad saw
sebagai pengemban risalah-Nya. Allah swt tidak melibatkan manusia siapa pun,
Dia menunjkkan otoritas-Nya kepada semua makhluk-Nya, mereka setuju atau tidak
setuju, Dia tidak memperdulikan suara mereka. Sikap Allah ini dicontoh oleh
Rasulullah saw dalam membuat kebijakan dan keputusan penting. Beliau tidak
pernah kompromi dengan pendapat-pendapat manusia siapa pun dalam menjalan roda
risalahnya. Apalagi pendapat manusia biasa, kwalitasnya jelas di bawah kwalitas
Rasulullah saw, belum lagi pendapat mereka masih diliputi hawa nafsu.[6]
Tentu dalam hal itu sebagian kita
sepakat. Yang mungkin tidak sepakat adalah jawaban dari pertanyaan: Siapakah
pelanjut Nabi saw untuk mengemban risalahnya? Pilihan manusia biasa atau
pilihan Allah dan Rasul-Nya? Jika kita menjawab: pelanjut Nabi saw harus
dipilih oleh manusia biasa, maka konsepnya berbeda tipis dengan demokrasi, yang
oleh sebagian pendapat dikatakan sebagai produk zionis, pengembangan dari
konsep “suara rakyat suara Tuhan”. Mana mungkin suara rakyat suara Tuhan,
buktinya dari dulu hingga sekarang suara rakyat banyak bersebarangan dengan
suara Tuhan Yang Maha Esa. Umumnya rakyat ingin senang-senang di dunia Allah
menghendaki senang-senang nanti di akhirat. Mereka senang mengikuti hawa nafsu,
Allah melarangnya; mereka suka menzalimi orang lain, Allah murka, dan masih
banyak contoh lain yang menguatkan bahwa suara rakyat bukan suara Tuhan.
Anda boleh tidak setuju, tanggung
jawab kita nanti masing-masing di hadapan Allah:
Saya ikut pada pendapat yang
menyatakan bahwa pelanjut Rasulullah saw dalam pengemban misi kepemimpinannya
harus ditunjuk oleh Rasululah saw. Karena saya yakin pilihan Rasululah saw
tidak akan salah, dan tidak disertai oleh hawa nafsu. Apalagi menerima sogokan
dalam menentukan pilihan. Rasulullah saw jelas suci dari segala sifat yang
negatif, dan kwalitan pilihannya jelas paripurna, jauh dibanding dari hasil
pilihan manusia biasa. Karena pilihan Rasulullah saw adalah pilihan Allah swt.
Bagaimana dengan pilihan manusia
biasa? Namanya manusia biasa, tentu ada yang baik juga ada yang buruk, ada yang
cerdas ada yang lemah, dari dulu hingga sekarang sama saja. Mereka masih
diliputi kesalahan dan dosa, hawa nafsu dan keserakahan, cinta dunia dan
kekuasaan, kezaliman dan penindasan, dan sifat-sifat negatif lainnya. Jika
sifat-sifat ini yang mengusai para pemilihnya, maka hasil pilihannya tidak jauh
beda dengan para pemilihnya.
Dalil-Dalil
Nash
Tentang dalil-dalil dari Al-Qur’an
dan hadis tidak perlu dipaparkan secara detail, bagi yang ingin tahu secara
detail cukup membacanya di bagian “Asbabun Nuzul” dan “Hadis-hadis pilihan”.
Secara nash sudah sangat kuat, tinggal pemahaman terhadap makna nash-nash
tersebut, dari keshahihan hadis dan kandungan maknanya.
Dalam risalah Nabi saw banyak
pokok-pokok persoalan. Ulama mengelompokkan menjadi: persoalan akidah, syariat
dan akhlak. Dari masing-masing pokok persoalan ini ada sub-sub pembahasan.
Rasulullah saw menyampaikan semuanya secara sempurna dalam masa 23 tahun.
Selama masa 23 tahun beliau menyampakan risalahnya dengan sempurna dan mencapai
puncak kesuksesan. Sehingga Rasulullah saw dipanggil oleh Allah ke
haribaan-Nya, wafat.
Lalu apa penyebab utama yang
menentukan Nabi saw mencapai puncak kesuksesan dalam menegakkan risalahnya?
Jawabannya adalah karena Rasulullah
saw itu sendiri sebagai pemimpin dan pengawal risalahnya. Tak ada seorang pun
yang mampu membantah beliau dan instruksinya. Sebagai pemimpin beliau punya
otoritas, menentukan dan menetapkan kebijakan, dan menjadi tempat rujukan
manusia dalam segala aspek kehidupan.
Jadi, tercapainya tujuan risalah
Nabi saw adalah ditentukan oleh pemimpin dan kepemimpinan. Jika misi ini gagal,
maka gagallah misi-misi yang lain. Paling tidak, tak akan sempurna. Karena
itulah Allah swt berfirman:
“Wahai rasul, segera sampaikan apa
yang telah diturunkan dari Tuhanmu. Jika kamu belum juga menyampaikan, maka
kamu (dinyatakan) belum menyampaikan risalah-Nya. Allah akan menjaga kamu dari
(kejahatan) manusia, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir.” (Al-Maidah: 67)
Poin-poin penting dalam ayat ini
perlu kita renungkan:
1.
Para
mufassir menyatakan bahwa ayat ini turun di Madinah menjelang wafat Nabi saw.
2.
Ada
risalah terpenting yang belum disampaikan oleh Rasulullah saw, sementara
risalah-risalah yang lain sudah disampaikan semuanya.
3.
Allah
menyatakan dan menjanjikan jaminan kemanaan dari kejahatan manusia yang tidak
setuju terhadap risalah ini.
4.
Allah
menyatakan tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang ingkat terhadap
risalah ini.
5.
Misi
ini disampaikan paling terakhir.
Sebagai penutup ayat tentang tujuan
risalah Nabi saw oleh pernyataan Allah swt:
“Sungguh telah Kami catat dalam
Zabur sesudah itu dalam Al-Qur’an bahwa bumi ini diwariskan kepada
hamba-hamba-Ku yang shaleh.” (Al-Ambiya’: 105)
“Sesungguhnya dalam hal ini terdapat
informasi yang indah bagi bangsa yang melakukan pengabdian (kepada Allah).”
(Al-Anbiya’: 106)
III.
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Tujuan
Pendidikan dalam agama islam adalah merealisasikan tujuan hidup manusia, yaitu
penghambaan atau menyembah kepada Allah sepenuhnya. Di samping itu seseorang
yang memilih Islam sebagai keyakinan nya diharapkan akan senantiasa menjadi
seorang Muslim yang baik sampai saat akhir hayatnya
2.
Tujuan
risalah nab adalah Rahmatan lil-‘alamin dan itu akan tercapai bila pengemban
risalah Nabi saw mencontoh beliau dalam keilmuan dan mental, dan pola
hidupnya.Bumi ini akan berada dalam kendali oleh orang-orang shaleh sebagai
perwujudan Rahmatan lil-‘alamin.dan tujuan ini hanya akan dicapai oleh bangsa
yang beribadah, dan punya jiwa pengabdian yang tinggi.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Ahmad M.A., Pengantar
Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
Hitami, Munzir. 2004. Menggagas
Kembali Pendidikan Islam. Yogyakarta: Infinite
Press
Nur Uhbiyati., Ilmu Pendidikan
Islam., CV. Pustaka Setia., Bandung,
1998
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan,
Cet. II, Pustaka Setia, Bandung,
2000
http://www.al-imancommunity.com/2011/04/tujuan-pendidikan-islam.html
http://www.al-ikhwan.net/2011/11/4675/risalah-pergerakan-pemuda-islam/
[1] Hanafi, Ahmad
M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.hal 45
[2]Hitami, Munzir.
2004. Menggagas Kembali Pendidikan Islam. Yogyakarta: Infinite Press, hal 59
[3] Nur Uhbiyati.,
Ilmu Pendidikan Islam., CV. Pustaka Setia., Bandung, 1998, hal 36
[4] Prasetya, Drs.,
Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal 65
[5]
http://www.al-imancommunity.com/2011/04/tujuan-pendidikan-islam.html
[6] http://www.al-ikhwan.net/2011/11/4675/risalah-pergerakan-pemuda-islam/