Tuesday 7 March 2017

Akhlak Seorang Muslim Terhadap Allah Swt Dan Terhadap Sesama




       I.            PENDAHULUAN
Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya, Allah adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam diri setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realita bahwa Allah lah yang pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak.
Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.
Akhlak mulia yang dikontrol oleh nilai-nilai agama Islam dapat membuat seorang muslim mampu menjalankan tiga hal berikut dengan baik:
1.    Dalam berinteraksi dengan Tuhannya, yaitu dengan akidah dan ibadah yang benar disertai dengan akhlak mulia.
2.    Dalam berinteraksi dengan diri sendiri, yaitu dengan bersifat objektif, jujur, dan konsisten mengikuti manhaj Allah.
3.    Dalam berinteraksi dengan orang-orang, yaitu dengan memberikan hak-hak mereka, amanah, menunaikan kewajiban sebagaimana yang ditetapkan oleh syariat.[1]
Dengan kesuksesan dalam menjalani ketiga hal di atas, maka kita akan mendapatkan ridha dari Allah, dari diri sendiri dan dari orang lain/masyarakat.
    II.            RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas maka akan muncul suatu permasalahan sebagai berikut :
A.    Apa yang disebut dengan Akhlak ?
B.     Bagaimana akhlak kita seharusnya kepada Allah SWT ?
C.     Bagaimana seharusnya akhlak kita terhadap sesama ?


























 III.            PEMBAHASAN
A.     Pengeretian Akhlak.
Secara bahasa (lughatan): “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan ” Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan. Akhlaq merupakan bentuk  jamak dari Al khuluq, yang berarti:
وهو الدِّين والطبْع والسجية
                        “Yaitu ad din (agama), tabiat, dan perangai.” [2]
وقالَ ابنُ الأعْرابِيِّ : الخُلُقُ : المُرُوءةُ
 “Berkata Ibnul Arabi: Al Khuluq artinya muru’ah (kepribadian).” [3]
Sedangkan, secara istilah (ishtilahan), adalah:

وحقيقته أَنه لِصورة الإِنسان الباطنة وهي نفْسه وأَوصافها ومعانيها المختصةُ بِها بمنزلة الخَلْق لصورته الظاهرة وأَوصافها ومعانيها ولهما أَوصاف حسَنة وقبيحة والثوابُ والعقاب يتعلّقان بأَوصاف الصورة الباطنة أَكثر مما يتعلقان بأَوصاف الصورة الظاهرة

“Hakikatnya (akhlak) adalah gambaran batin manusia, yakni jiwanya, sifat-sifatnya, dan makna-maknanya yang spesifik, yang dengannya terlihat  kedudukan makhluk, lantaran gambarannya secara zahir, baik sifat-sifatnya dan makna-maknanya, dan keduanya memeliki sifat yang baik atau buruk, mendapat pahala dan sanksi, yang kaitan keduanya dengan sifat-sifat yang tergambar secara batin adalah lebih banyak, dibanding apa-apa yang yang terkait dengan gambaran zahirnya.”[4]
Sementara itu, Hujjatul Islam Imam al Ghazali, mendefinisikan akhlak yang baik sebagai berikut:

وإنما الأخلاق الجميلة يراد بها العلم والعقل والعفة والشجاعة والتقوى والكرم وسائر خلال الخير، وشيء من هذه الصفات لا يدرك بالحواس الخمس بل يدرك بنور البصيرة الباطنة

“Sesungguhnya, yang dimaksudkan dengan akhlak yang indah adalah ilmu, akal, ‘iffah (rasa malu berbuat dosa), keberanian, taqwa, kemuliaan, dan semua perkara yang baik, dan semua sifat-sifat ini tidak hanya ditampilkan oleh panca indera yang lima, tetapi juga oleh cahaya mata hati dan batin.”[5]
Sedangkan Ibnu Maskawaih berkata tentang akhlak:

الخلق حال للنفس داعية لها إلى أفعالها من غير فكر ولا روية ولا روية

“Akhlak adalah kondisi bagi jiwa yang mengajak segala perbuatan kepadanya dengan tanpa dipikirkan, dan tanpa ditimbang-timbang.”[6]
Demikian makna akhlak yang diterangkan para ulama dan ahli bahasa. Semua pembicaraan tentang akhlak bermuara pada kondisi jiwa manusia yang ditampakkan oleh perbuatan mereka, yang didasarkan oleh pemahaman agama, Al Quran, dan ketaqwaan.
Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati (sadar) .Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.

B.     Akhlak terhadap Allah SWT.
Diantara akhlak terhadap Allah SWT adalah:[7]
1.    Taat terhadap perintah-perintah-Nya.
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang telah memberikan segala-galanya pada dirinya. Allah berfirman
Ÿxsù y7În/uur Ÿw šcqãYÏB÷sム4Ó®Lym x8qßJÅj3ysム$yJŠÏù tyfx© óOßgoY÷t/ §NèO Ÿw (#rßÅgs þÎû öNÎhÅ¡àÿRr& %[`tym $£JÏiB |MøŠŸÒs% (#qßJÏk=|¡çur $VJŠÎ=ó¡n@ ÇÏÎÈ
Artinya :
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. (QS. 4 : 65)
Karena taat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seoran muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya
keimanan.

2.        Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya.
Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya. Karena pada hakekatnya, kehidupan inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang mukmin senantiasa meyakini, apapun yang Allah berikan padanya, maka itu merupakan amanah yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban dari Allah.

3.        Ridha terhadap ketentuan Allah SWT.
Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adalah ridha terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun oleh keluarga yang tidak mampu, bentuk fisik yang Allah berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin (baca; tsiqah) terhadap apapun yang Allah berikan pada dirinya. Baik yang berupa kebaikan, atau berupa keburukan Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memiliki kebaikan bagi diri kita.



4.        Senantiasa bertaubat kepada-Nya.
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah, etika kita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam ‘kelupaan’ sehingga berbuat kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
šúïÏ%©!$#ur #sŒÎ) (#qè=yèsù ºpt±Ås»sù ÷rr& (#þqßJn=sß öNæh|¡àÿRr& (#rãx.sŒ ©!$# (#rãxÿøótGó$$sù öNÎgÎ/qçRäÏ9 `tBur ãÏÿøótƒ šUqçR%!$# žwÎ) ª!$# öNs9ur (#rŽÅÇム4n?tã $tB (#qè=yèsù öNèdur šcqßJn=ôètƒ ÇÊÌÎÈ
Artinya :
 “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.” (QS. 3 : 135)
yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak Hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya Hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.

5.        Obsesinya adalah keridhaan ilahi.
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi dan orientasi dalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak beramal dan beraktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari manusia.Bahkan terkadang, untuk mencapai keridhaan Allah tersebut, ‘terpakasa’ harus mendapatkan ‘ketidaksukaan’ dari para manusia lainnya Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang dicarinya tentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak akan perduli, apakah Allah menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh oran lain.

6.      Merealisasikan ibadah kepada-Nya.
Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat mahdhah, ataupun ibadah yang ghairu mahdhah. Karena pada hakekatnya, seluruh aktiivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah berberfirman
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. 51 : 56)
Oleh karenanya, segala aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial dan lain sebagainya merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah. Sehingga ibadah tidak hanya yang memiliki skup mahdhah saja, seperti shalat, puasa haji dan sebagainya. Perealisasian ibadah yang paling penting untuk dilakukan pada saat ini adalah beraktivitas dalam rangkaian tujuan untuk dapat menerakpak hokum Allah di muka bumi ini. Sehingga Islam menjadi pedoman hidup yang direalisasikan oleh masyarakat Islam pada khususnya dan juga oleh masyarakat dunia pada umumnya.

7.        Banyak membaca al-Qur’an.
Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat-ayat, yang merupakan firman-firman-Nya. Seseeorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin, yang mencintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu menyebut-nyebut Asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Apalagi menakala kita mengetahui keutamaan membaca Al-Qur’an yang dmikian besarnya.
Adapun bagi mereka-mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam membacanya, maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga dapat membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an tersebut, maka Allah pun akan memberikan pahala dua kali lipat bagi dirinya.

C.    Akhlak terhadap sesama manusia.
Banyak  sekali  rincian  yang  dikemukakan  Al-Quran berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama  manusia.  Petunjuk  mengenai hal  ini  bukan  hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti  membunuh,  menyakiti  badan,  atau  mengambil harta  tanpa  alasan  yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan  jalan  menceritakan  aib  seseorang  di belakangnya,  tidak  peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu.[8]
Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis. Takwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.

Kemudian  aklak terhadap sesama dibedakan mnjadi dua macam :
1.        Akhlak kepada sesama muslim.
Sebagai umat pengikut Rasullulah tentunya jejak langkah beliau merupakan guru besar umat Islam yang harus diketahui dan patut ditiru,karena kata rasululah yang di nukilkan dalam sebuah hadist yang artinya “sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.Yang dimaksud akhlak yang mulia adalah akhlak yang terbentuk dari hati manusia yang mempunyai nilai ibadah setelah menerima rangsangan dari keadaan social.Karena kondisi realitas social yang membentuk hadirnya karakter seseorang untuk menggapai sebuah keadaan.Contohnya:ketika kita ingin di hargai oleh orang lain,maka kewajiban kita juga harus menghargai orang lain,menghormati orang yang lebih tua,menyayangi yang lebih muda,menyantuni yang fakir karena hal itu merupakan cirri-ciri akhlak yang baik dan terpuji.
Contoh lain yang merupakan akhlak terpuji antar sesame muslim adalah menjaga lisan dalam perkataan agar tidak membuat orang lain disekitar kita tersinggung bahkan lebih menyakitkan lagi ketika kita berbicara hanya dengan melalui bisikan halus ditalinga teman dihadapan teman-teman yang lain,karena itu merupakan etika yang tidak sopan bahkan diharamkan dalam islam.

2.        Akhlak kepada sesama  non muslim
Akhlak antara sesama non muslim, inipun diajarkan dalam agama karena siapapun mereka, mereka adalah makhluk Tuhan yang punya prinsip hidup dengan nilai-nilai kemanusiaan. Namun sayangnya terkadang kita salah menafsirkan bahkan memvonis siapa serta keberadaan mereka ini adalah kesalahan yang harus dirubah mumpung ada waktu untuk perubahan diri. Karena hal ini tidak terlepas dari etika sosial sebagai makhluk yang hidup social. Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai asasi kemerdekaan yang tidak dapat dicampur adukkan hak asasi kita dengan hak merdeka orang lain, apalagi masalah keyakinan yang terpenting adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan sosial karena dalam kehidupan ada namanya etika sosial. Berbicara masalah etika sosial adalah tidak terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup,berkarya hidup dan lain-lain. Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan mereka, ketika upacara keagamaan sedang berlangsung ,mereka hidup dalam minoritas sekalipun. Memberi bantuan bila mereka terkena musibah atau lagi membutuhkan karena hal ini akhlak yang baik dalam kehidupan non  muslim.[9]
Setelah menelaah dan memahami akhlak kepada sesama sebagai kesimpulannya adalah sesungguhnya dalam kehidupan, kita tidak terlepas dari apa yang sudak ada dalam diri kita sebagai manusia termasuk salah satunya adalah akhlak. Karena akhlak adalah salah satu predikat tang disandang oleh manusia akhlak akan berjalan setelah manusia itu sendiri berada dalam alam sosial. Baik dan buruknya akhlak kepada sesama tergantung dari orang menjalani hidup,apakah membentuk karakternya dengan akal atau dengan hati karena keduanya adalah sumber. Jadi kesimpulan akhlak antar sesama yaitu sangat dianjurkan selama apa yang dilakukan punya nilai ibadah .
Dengan demikian orang yang berakal dan beriman wajib untuk mengerahkan segala kemampuannya untuk meluruskan akhlaknya dan berperilaku dengan perilaku yang dicintai Allah SWT.Serta melaksanakan maksud dan tujuan dari terutusnya baginda Rasullulah SAW yang bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan Akhlak”
Dari penjelasan ini menunjukkan bahwa: kesempurnaan akhlak yang hanya untuk itu Rasullulah diutus,merupakan ukuran baik dan tidaknya seseorang baik di dunia ini atau di akhirat nanti.Oleh karena itu wajib bagi setiap kaum muslimin agar budi pekertinya.Baik kepada dirinya, keluarga, dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.
Adapun akhlak yang baik ( terpuji ) bagi manusia dengan sesama yang harus dilakukan adalah antara lain :[10]
a.             Berbakti kepada kedua orang tua (QS. 6:151) (QS.46:17)
b.             Menyambung silaturrahim (QS. 4:1) (QS. 2:27)
c.             Tolong menolong dalam kebaikan, bukan dalam kejahatan.
(QS. 5:2)
d.            Tawadhu’ (QS.7:199)
e.             Lemah lembut dan berkasih sayang  kepada sesama muslim dan tegas terhadap orang kafir. (QS. 5:54) (QS. 48: 29)
f.              Sabar, menepati janji, dan jujur. (QS. 2:177)
g.             Pemaaf (QS. 2:109)
h.             Adil (QS. 3: 18)
i.               Dermawan (QS. 2: 245)
j.               Memuliakan tamu (QS. 11:69)




























 IV.            KESIMPULAN
A.     “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Maka  Akhlak dapat berarti  kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.

B.     Diantara akhlak terhadap Allah SWT adalah :
1.      Taat terhadap perintah-perintah-Nya.
2.      Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya.      
3.      Ridha terhadap ketentuan Allah SWT.
4.      Senantiasa bertaubat kepada-Nya.     
5.      Obsesinya adalah keridhaan ilahi.      
6.      Merealisasikan ibadah kepada-Nya.
7.      Banyak membaca al-Qur’an.

C.     Kemudian  aklak terhadap sesama dibedakan mnjadi dua macam :
1.      Akhlak kepada sesama muslim
2.      Akhlak kepada non muslim










    V.            DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Manzhur al Mishri, Lisanul ‘Arab, Juz. 10, (Al Maktabah Asy Syamilah).

Imam al Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Juz. 3. (Al Maktabah Asy Syamilah),

Ibnu Maskawaih, Tahdzibul Akhlaq, (Al Maktabah Asy Syamilah.

Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani,  Tajjul ‘Arusy (Al Maktabah Ays Syamilah)

Ilyas Yunahar,  Kuliah Akidah, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta : bentang, 2008)

http://www.kamarcerita.com/2011/11/19/mengapa-harus-ber-akhlak/.

http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/03/07/pengertian-akhlaq-macam-macam-akhlaq-terpuji-dan-penerapan-akhlaq-dalam-kehidupan-sehari-hari/.

http://madinatulilmi.com/index.php?prm=posting&kat=1&var=detail&id=79.html

http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Akhlaq2.html

http://abuhudzaifi.multiply.com/journal/item/71?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem



[1] http://www.kamarcerita.com/2011/11/19/mengapa-harus-ber-akhlak/. Diakses pada tanggal 24 mei 2012.
[2] Ibnu Manzhur al Mishri, Lisanul ‘Arab, Juz. 10, (Al Maktabah Asy Syamilah). Hal. 85.
[3] Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani,  Tajjul ‘Arusy (Al Maktabah Ays Syamilah) Hal. 6292.
[4] Ibid, , Hal. 6292
[5] Imam al Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Juz. 3. (Al Maktabah Asy Syamilah), Hal. 393
[6] Ibnu Maskawaih, Tahdzibul Akhlaq, (Al Maktabah Asy Syamilah) hal. 10.
[9] http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/03/07/pengertian-akhlaq-macam-macam-akhlaq-terpuji-dan-penerapan-akhlaq-dalam-kehidupan-sehari-hari/. Diakses pada tanggal 25 mei 2012.
[10] http://abuhudzaifi.multiply.com/journal/item/71?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem, diakses pada tanggal 27 mei 2012.

No comments:

Post a Comment