Tuesday 7 March 2017

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) BERBANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MELEMPAR PADA SISWA KELAS IV SEMESTER II SDN NGAGEL 01 TAHUN PELAJARAN 2014/2015



Abstrak : rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah proses pembelajaran, perubahan prilaku dan seberapa banyak peningkatan kemampuan gerak dasar melempar siswa dengan model Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media video pada siswa kelas IV semester II SD Negeri Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015. Terjadi perubahan prilaku belajar dari aspek perhatian, respon, tanggung jawab, rasa percaya diri, kerja sama siswa, dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. PTK ini dilaksanakan dua siklus. Hasil penelitian siklus I nilai rata-rata kelas 73,1 dengan ketuntasan klasikal 73,5%, pada siklus II nilai rata-rata kelas 81 dengan ketuntasan klasikal 82,4%.

Kata kunci : model Teams Games Tournament (TGT), media video, dan  kemampuan gerak dasar melempar.

PENDAHULUAN
Kenyataan di lapangan pada saat ini, siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran penjasorkes khususnya pada saat materi aktivitas pembelajaran gerak dasar melempar. Padahal rangkain gerak dasar melempar dapat diterapkan dalam bentuk model pembelajaran yang menyenangkan dan tidak hanya sekedar melempar. Anak juga membutuhkan keragaman gerak agar dapat tumbuh menjadi besar dan kuat. Pada saat pembelajaran siswa lebih memilih hanya duduk dipinggir lapangan dari pada mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa beranggapan bahwa gerak dasar melempar hanya sekedar melempar saja tampa harus memperhatikan teknik melempar yang baik dan benar. Sehingga berdampak pada hasil kemampuan gerak dasar melempar siswa masih rendah. Hal ini terbukti dari hasil observasi sebelum diadakan penelitian di kelas IV semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015 diketahui dari 34 siswa hanya 16 siswa atau 47,1% yang mendapat nilai diatas KKM. Sementara 18 siswa atau 52,9% belum mencapai nilai KKM yang sudah ditentukan. Kemampuan gerak dasar siswa cukup rendah, mulai dari cara memegang turbo, sikap badan waktu akan melempar turbo, cara melempar turbo, sikap badan setelah melempar turbo, dan hasil lemparan.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pengembangan kemampuan kondisi fisik, mental, emosional, intelektual, dan sosial anak. Tapi kenyataan di lapangan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) menjadi suatu mata pelajaran yang melelahkan serta tidak sesuai dengan konsep dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) itu sendiri. Kenyataan lainnya adalah tidak adanya kesinambungan antara kurikulum yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang baik dan guru juga harus berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar khusunya untuk siswa sekolah dasar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah dengan memodifikasi sarana dan prasarana belajar. Sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat memperoleh hasil yang maksimal. Dengan penerapan model atau metode pembelajaran mapun pemanfaatan media yang baik maka pembelajaran yang dilakukan tidak monoton dan membosankan.
Berdasarkan deskripsi tersebut, maka diperlukan kegiatan pembelajaran pada aspek gerak dasar melempar di kelas IV SDN Ngagel 01 yang inovatif agar pembelajaran yang dilakukan tidak membosankan. Salah satu pembelajaran yang inovatif tersebut adalah  penerapan model Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media video. Melalui pembelajaran dengan model Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media video ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar pada siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015. Selain itu juga untuk merubah prilaku siswa kearah yang lebih positif.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimanakah proses pembelajaran kemampuan gerak dasar melempar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media video pada siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015; 2) bagaimanakah kualitas perubahan prilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek sebagai wujud sikap sosial setelah mengikuti pembelajaran kemampuan gerak dasar melempar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media video pada siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015; 3) seberapa banyak peningkatan kemampuan gerak dasar melempar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media video pada siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015?
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mendeskripsikan proses pembelajaran kemampuan gerak dasar melempar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media video pada siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015; 2) mengidenfikasi kualitas perubahan prilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek sebagai wujud sikap sosial setelah mengikuti pembelajaran kemampuan gerak dasar melempar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media video pada siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015; 3) mendeskripsikan seberapa banyak peningkatan kemampuan gerak dasar melempar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media video pada siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015.
Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai panduan guru dalam pembelajaran gerak dasar melempar di pendidikan dasar dengan memanfaatkan media dan model Teams Games Tournament (TGT). Serta memberikan motivasi dan pengalaman baru bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar melalui pembelajaran dengan memanfaatkan media video, dan dapat memberikan masukan pada sekolah untuk meningkatkan hasil kemampuan gerak dasar melempar melalui penerapan model-model pembelajaran yang inovatif.

LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Hakikat Cooperatif Learning Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Rusman (2011: 203) bahwa dalam sistem pembelajaran kooperatif siswa bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model pembelajaraan ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu temannya. Senada dengan pendapat tersebut Etin dan Raharjo (2008: 4) mengatakan bahwa Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Kaitannya dengan pendapat tersebut Wina (2011: 242) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan cara membentuk keompok secara heterogen dan harus bisa bekerjasama antar anggota kelompok agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapun unsur-unsur pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan menurut Roger dan Johnson dalam Suprijono (2010: 58) antara lain: 1) saling ketergantungan, 2)  tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok.

Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Asma (2006: 54) model TGT adalah suatu model pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa. Setelah itu siswa pindah ke kelompk masing-masing untuk mendiskusikan dan mnyelesaikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang diberikan guru.
Senada dengan pendapat tersebut Trianto (2010: 83) mengemukakan bahwa pada model TGT siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 orang untuk memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh point untuk skor tim mereka.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model TGT merupakan model pembelajaran dengan membagi siswa kedalam tim dan dalam pembelajarannnya menerapkan unsur permainan turnamen untuk memperoleh poin bagi skor tim mereka. Komponen-komponen yang ada pada model TGT menurut Slavin (2009: 167) yaitu: 1) penyajian kelas, 2) kelompok (teams), 3) permaianan (game), 4) tournament, 5) penghargaan kelas. Dengan memperhatikan komponen-komponen model Teams Games Tournament (TGT). Maka langkah-langkah pembelajaran TGT menurut Trianto (2010: 84) secara runtut yaitu 1) siswa ditempatkan pada tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. 2) Guru menyiapkan pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut, 3) seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis mereka tidak dapat saling bantu. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing begitupun model TGT. Menurut Taniredja (2012: 72-73) kelebihan model TGT yaitu : 1) dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapat, 2) rasa percaya diri siswa menjadi tinggi, 3) perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadilebih kecil, 4) motivasi siswa belajar siswa bertambah, 5) pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi pembelajaran, meningkatkan kebaiakan budi pekerti, kepekaan, toleransi antar siswa maupun guru, 7) kerjasama antar siswa akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan. Sedangkan kekurangannya antara lain: 1) sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran semua siswa tiidak ikut serta menyumbangkan pendapat, 2) kekurangan waktu untuk proses pembelajaran, 3) kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau guru tidak mengelola kelas.

Media Pembelajaran
Arsyad (2010: 3) menerangkan bahwa kata “media” berasal dari kata Latin “medius”, yang secara harafiah berarti “tengah”, ”perantara”, atau “pengantar. Media memilki peranan yang penting dalam sistem pembelajaran.
Seiring dengan pendapat tersebut Etin dan Raharjo (2008: 22) bahwa makna umunya media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi kepada penerima informasi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan media pembelajaran adalah merupakan alat atau sarana yang digunakan sebagai perantara dalam menyalurkan pesan dan kepada siswa sehingga dapat mendorong proses belajar secara efektif dan efisien. Sebuah media harus mempunyai ciri-ciri agar bisa dikatakan sebagai media pembelajaran Gerlach & Elly (dalam Arsyad 2010: 12-14) yaitu: 1) ciri fiksatif, 2) ciri manipulatif, 3) ciri distributif. Media pembelajaran mempunyai fungsi dan manfaat. Kemp & Dayton (dalam Arsyad 2010: 19-21) menyatakan fungsi media pembelajaran sebagai berikut ini: 1) memotivasi minat dan tindakan, 2) menyajikan informassi, 3) memberi informasi. Sedangakn manfaat media menurut Trianto (2007: 75) sebagai berikut: 1) bahan yang disajikan lebih bermakna bagi peserta didik dan tidak bersifat verbal listik, 2) metode pembelajaran lebih bervariasi, 3) peserta didik menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas, 4) pembelajaran lebih menarik, 5) mengatasi keterbatasan ruang.

Media Pembelajaran Video
Cecep dan Bambang (2011: 73) menjelaslan menjelaskan bahwa video merupakan kumpulan gambar-gambar yang dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak secara bersamaan dengan suara yang sesuai atau suara yang sesuai.
Seiring dengan pendapat tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Prastowo, 2011: 300) mengartikan video  sebagai rekaman gambar hidup atau program televise lewat tayangan televisi. Atau, dengan kata lain video merupakan tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara. Adapun keuntungan penggunaan media video pembelajaran menurut Cecep dan Bambang (2011: 73) adalah sebagai berikut:  1) video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, praktik, dan lain-lain, 2) video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat disaksikan secara berulang-ulang,  3) disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, video juga mampu menanamkan sikap dan segi-segi efektif lain. Misalnya, video proses berjangkitnya penyakit diare, dapat membuat siswa sadar terhadap kebersihan makanan dan lingkungan, 4) video  yang  menagndung  nilai-nilai  positif  dapat  mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa, 5) video dapat  ditujukkan  kepada  kelompok  kecil,  kelompok  yang heterogen maupun perorangan, 6) video dapat menampilkan kejadian yang normal memakan waktu lama, bisa ditampilkan dalam waktu singkat. Misalnya, kuncup bunga sampai mekar.


Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kessehatan (Penjasorkes)
Sunardi (2009: 1) menyatakan pendidikan pada dasarnya merupakan rekontruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna. Sedangkan pengertian pendidikan jasmani menurut M.  Furqon  (2006:  3) menyatakan,  Pendidikan  jasmani  dapat dikatakan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neomuskular, perceptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
Senada dengan pendapat tersebut Rusli Lutan (1999/2000: 1) menyatakan pendidikan jasmani merupakan alat untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan yang terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup   sehat di sepanjang hayatnya. Lebih lanjut menurut  Rusli Lutan (1999/2000: 2) menyatakan melaui Penjasorkes diharapkan dapat mendidik anak sebagai berikut : 1) memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secar efisien dan optimal 2) mengembangkan   nilai-nilai   pribadi   melalui   partisipasi   dalam aktivitas jasmani baik secar berkelompok maupun perorangan, 3) Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang, 4) menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani termasuk permainan olahraga. Sedangkan ruang lingkup Penjasorkes menurut Aip Syarifuddin dan  Muhadi (1991/1992: 5-6) bahwa ruang lingkup pendidikan jasmani dari kelas I-VI sekolah dasar ditekankan pada usaha memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial. Jenis-jenis kegiatan yang diajarkan di Sekolah Dasar meliputi atas Pengembangan Kemampuan Jasmani (PKJ), atletik, senam, dan permainan.

Hakikat Kemampuan Gerak Dasar Melempar
Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992: 18) kemampuan gerak adalah kesanggupan seseorang untuk menggerakkan anggota badan di dalam mempelajari gerakan, hingga memiliki rangkaian urutan gerak yang teratur, luwes, cepat, tepat, dan lancar melalui latihan yang teratur dan terus menerus. Berkaitan dengan kemampuan gerak dasar Mulyono B. (1994: 298) bahwa, Kemampuan motorik atau kemampuan gerak dasar adalah hadirnya kemampuan bawaan dan kemampuan yang diperoleh dalam melakukan keterampilan gerak (motor skill) dan sifat umum atau fundamental, diluar kemampuan olahraga spesialisasi tingkat tinggi.
Kaitannya dengan pendapat tersebut Sukinta (2004: 78) berpendapat kemampuan motorik adalah kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerakan non olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan penampilan keterampilan motorik.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan, kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang mendasari dari gerak  yang bersifat umum yang  berperan  untuk  melakukan  gerak  baik  gerakan  olahraga  maupun  non olahraga. Kemampuan gerak dasar menurut M. Furqon H. (2002: 32) diklasifikasikan terdiri dari tiga bagian yaitu: 1) gerak stabilitas, 2) gerak lokomotor, 3) gerak manipulatif. Untuk melempar masuk kedalam bagian gerak manipulatif.  Mochamad Djumidar A. Widya (2004: 121) menyatakan lempar adalah suatu gerakan yang menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan daya pada benda tersebut dengan memiliki kekuatan ke depan atau ke atas. Senada dengan pendapat tersebut Agus Kristiyanto (2005: 49) menyatakan melempar merupakan kemampuan mengarahkan suatu benda yang dipegang ke suatu sasaran dengan menggunakan kekuatan yang cukup.
Nomor lempar yang harus diajarkan di SD adalah lempar bola kecil dan bola besar, tolak peluru dan lempar lembing. Gerry A. Carr (1997: 3) menyatakan  dari  semua  nomor  lomba,  lempar  lembing  merupakan  gerakan  yang  mirip dengan  gerakan  melempar pada umumnya. Teknik melempar menurut Aip Syarifuddin (1991/1992: 28) didasarkan pada sikap permulaan dan gerakkannya. Sikap permulaan yaitu Berdiri tegak, kaki kiri agak ke depan, kaki kanan dibelakang (bila melempar dengan kaki kanan), serta badan berada di kaki kanan, Kedua tangan memegang bola di depan dekat ke dada dengan siku dibengkokkan. Pandangan ke arah sasaran yang dituju. Sedangkan gerakannya yaitu Pada waktu bola akan dilemparkan, tangan kanan yang memegang bola dibawa/diayunkan kesamping ke belakang. Kemudian dari belakang bola dilemparkan dengan menggerakkan tangan dari belakang melalui atas kepala ke atas ke depan, dan bola lepas pada saat  tangan  lurus  dan  berat  badan  berada  pada  kaki  kiri  (jika melempar jauh) serta bersamaan dengan badan yang dilonjakkan ke atas ke depan dan kaki kanan ditolakkan ke atas ke depan. Mendarat pada kaki kanan, kaki kiri tergantung lemas dibelakang, pandangan mengikuti arah jalannya bola.
Kerangka Berfikir
Model TGT berbantuan media video untuk mengatasi pembelajaran guru yang masih bersifat konvensional. Model TGT berbantuan media video selain untuk pembelajaran gerak dasar melempar sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan, juga bermuatan nilai-nilai pendidikan berkarakter. Nilai-nilai karakter yang akan diterapkan dalam pembelajaran menggunakan model TGT berbantuan media video ini didasarkan pada 18 nilai yang telah ditetapkan oleh kemdiknas. Secara ekplisit nilai karakter: rasa ingin tahu, kerja sama, tanggung jawab, dan percaya diri.

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berifikir tersebut, peneliti berasumsi bahwa: 1) pemanfaatan model TGT berbantuan media video diduga meningkatkan aktivitas belajar siswa, 2) model TGT berbantuan media video diduga efektif untuk merubah prilaku siswa dalam pembelajaran gerak dasar melempar, dan 3) pemanfaatan model TGT berbantuan media gambar diduga efektif meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa pada kelas IV semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015.

MOTODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada smester II tahun pelajaran 2014/2015. Maisng-masing siklus dilakukan kegiatan pembelajaran sebanyak dua kali pertemuan. Siklus I dilaksanakan pada hari sabtu, 21 Maret 2015 dan hari Sabtu, tanggal 28 Maret 2015 sedangkan siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu 4  April 2015 dan sabtu tanggal 11 April 2015.
Subjek penelitian ini adalah hasil kemampuan gerak dasar melempar pada siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01 pada tahun pelajaran 2014/2015. Adapun sumber data dari penelitian ini: 1) siswa yang jumlahnya sebanyak 34 siswa, yang terdiri atas 19 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan, 2) guru kelas dan teman sejawat.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data berbentuk  tes  dan nontes. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan gerak dasar melempar. Teknik nontes berupa observasi dengan lembar observasi dan catatan harian digunakan untuk menilai aktivitas, keaktifan, dan perubahan tingkah laku siswa selama kegiatan dilakukan.
Analisis  data  dalam  penelitian  ini  disajikan  dalam  bentuk  analisis kualitatif dengan metode pemaparan secara deskriptip komparatif, yakni mendeskripsikan semua temuan dalam penelitian disertai dengan data-data kuantitatif yang dianalisis secara sederhana (persentase).
Indikator kinerja penelitian ini adalah: (1) adanya peningkatan perolehan nilai rata-rata pra siklus dari 67,7 menjadi minimal nilai rata-rata sebesar 75, (2) perubahan perilaku siswa dari tidak aktif menjadi aktif dalam pembelajaran gerak dasar melempar menggunakan model TGT berbantuan media video, dan 3) tingkat kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari yang lulus KKM 75 sebanyak 16 siswa (47,1%) menjadi sedikitnya 25 siswa (75%).
Prosedur penelitian siklus 1 pembelajaran yang akan dilakukan dengan appersepsi, penyampain tujuan pembelajaran, dan penjelasan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa.
Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan: 1) siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal siswa, 2) siswa memperhatikan media video yang berhubungan dengan materi, 3) siswa dibagi menjadi beberapa tim, 4) siswa melakukan game, 6) guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
Perbaikan siklus II teletak pada cakupan materi dan perbaikan media video yang dibuat lebih menarik dibandingkan di siklus I. Proses pembelajaran dilakukan secara kolaboratif untuk memperoleh hasil yang maksimal pada siklus II ini.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Kondisi awal siswa kelas IV SDN Ngagel 01 semester II tahun pelajaran 2014/2015 adalah hasil kemampuan gerak dasar melempar rendah terbukti dengan banyaknya siswa yang nilainya tidak memenuhi KKM yang telah ditentukan yaitu sebesar 75, beberapa siswa kurang antusias dan semangat ketika kegiatan pembelajaran gerak dasar melempar. Berikut adalah prilaku siswa ketika pembalajaran gerak dasar melempar menggunakan metode ceramah dan penugasan individu.



Gb.1 Kondisi Awal Siswa Pembelajaran   Gb. 2 Siswa banyak yang bicara
Gerak Dasar Melempar                                sendiri
Data nilai siswa yang diperoleh  menunjukkan  kondisi  awal siswa memiliki kemampuan gerak dasar yang rendah. Berdasarkan nilai hasil tugas melempar turbo yang diberikan guru diketahui siswa yang belum dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75 masih sebanyak 18 siswa (52,9%) dari jumlah siswa seluruhnya 34. Siswa yang mencapai KKM sebanyak 16 siswa (47,1,%) dengan nilai rata-rata kelas sebesar 67,7 dengan nilai tertinggi 86 dan nilai  terendah 50.

Hasil Penelitian Siklus I
Proses Pembelajaran dengan Model TGT Berbantuan Media Video
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dideskripsikan, peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setelah RPP disusun, maka kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan media yang akan digunakan dalam penelitian yaitu video tentang gerak dasar melempar.
Pelaksanaan tindakan siklus pertama ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 21 Maret 2015 untuk pertemuan pertama, dan pertemuan ke dua dilaksanakan hari Sabtu tanggal 28 Maret 2015. Kegiatan pembelajaran dengan model TGT berbantuan media video ini dilakukan di dalam kelas oleh guru kelas sebagai peneliti dan teman sejawat untuk berkolaborasi.
Aktivitas proses kegiatan pembelajaran siklus I dapat dilihat dalam gambar berikut ini:





Gambar 3 Guru Menjelaskan Kegiatan     Gambar 4 Guru Menggunakan Media Video







Gambar 5 Siswa melakukan game              Gambar 6 Siswa mempraktikkan
didampingi oleh guru                                    gerak dasar melempar






Gambar 7 Siswa Semangat dalam              Gambar 7 Siswa mengerjakan
Pembelajaran                                                tugas

Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar Melempar
Hasil kemampuan gerak dasar melempar siswa dengan menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) berbantauan media video dilihat tabel 1 berikut
Tabel 1 Analisis Hasil Kemampuan Gerak Dasar Melempar
No
Keterangan
Hasil siklus I
1
Tuntas
25
2
Tidak Tuntas
9
3
Presentase Ketuntasan
73,5%
4
Presentase Tidak Tuntas
26,5%
5
Nilai Tertinggi
90
6
Nilai Terendah
50
7
Rata-rata Kelas
73,1

Berdasarkan tabel tersebut kemampuan gerak dasar siswa meningkat setelah menggunakan model TGT berbantuan media video. Hasil tindakan dalam siklus pertama menunjukan bahwa sebanyak 25 (73,5%) siswa mencapai ketuntasan dalam pembelajaran gerak dasar melempar, dan 9 (26,5%) siswa masih mengalami tidak tuntas. Rata-rata sebesar 73,1, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50.

Perubahan Prillaku belajar siswa
Hasil pengamatan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran gerak dasar melempar dalam siklus I dapat dilihat dalam tabel 2 berikut.
Tabel 2 Analisis Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Siklus I
Responden 34
Aspek yang diamati

Perhatian
Respon
Tanggung Jawab
Kerja Sama
Membuat Catatan
Skor yang diperoleh
28
24
21
23
25
Skor Mak
34
34
34
34
34
Presentase
82
71
62
68
73
Analisis
Sangat baik
Baik
Cukup
Baik
Baik

Berdasarkan tabel tersebut dapat dipaparkan bahwa terjadi perubahan prilaku belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model TGT berbantuan media video, dari yang kurang aktif menjadi aktif, yang senang berbicara sendiri menjadi memperhatikan, yang kurang bertanggung jawab menjadi lebih bertanggung jawab, yang tidak aktif dalam membuat catatan menjadi lebih aktif membuat catatan.

Refleksi Siklus I
Refleksi hasil pembelajaran gerak dasar melempar menggunakan model TGT berbantuan media video ini, dapat dikemukakan beberapa kekurangan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk siklus berikutnya. Kelemahan pada siklus I antara lain : 1) siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran, 2) siswa masih belum dapat melakukan pembelajaran dengan model TGT berbantuan media video, 3) siswa masih kesulitan dalam melakukan gerak dasar melempar .
Kelebihan siklus I ini adalah : adanya peningkatan semangat belajar siswa sehingga meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar siswa. Nilai rata-rata 73,1 pada siklus I, hal ini berarti terjadi peningkatan sebesar 5,4. Peningkatan kemampuan gerak dasar melempar ini karena pembelajaran gerak dasar melempar dilakukan dengan model TGT berbantuan media video. Pembelajaran ini masih perlu ditingkatkan karena indikator kerja belum tercapai, yakni rata-rata kelas kelas sebesar 75 belum tercapai dan tingkat ketuntasan klasikal sebesar 75% yang ditargetkan juga belum tercapai.

Hasil Penelitian Siklus II
Proses Pembelajaran dengan Model TGT Berbantuan Media Video
Berdasarkan refleksi pembelajaran siklus II, peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setelah RPP disusun, maka kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan media yang akan digunakan dalam penelitian yaitu video tentang gerak dasar melempar.
Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015 untuk pertemuan pertama, dan pertemuan ke dua dilaksanakan hari Sabtu tanggal 11 April 2015. Kegiatan pembelajaran dengan model TGT berbantuan media video ini dilakukan di dalam kelas oleh guru kelas sebagai peneliti dan teman sejawat untuk berkolaborasi.
Aktivitas proses kegiatan pembelajaran siklus II dapat dilihat dalam gambar berikut ini:




Gambar 3 Guru Menjelaskan Kegiatan     `    Gambar 4 Guru Menggunakan
                                                                           media video



Gambar 5 Siswa melakukan game                Gambar 6 Siswa mempraktikkan
didampingi oleh guru                                     gerak dasar melempar




Gambar 7 Siswa Semangat dalam                Gambar 7 Siswa mengerjakan
pembelajaran                                                   tugas

Pembelajaran dari awal sampai akhir dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan dalam bab III. Pada akhir pertemuan kedua dilakukan ulangan harian untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang diberikan.

Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar Melempar
Hasil kemampuan gerak dasar melempar menggunakan model TGT berbantuan media video dilihat tabel 3 berikut
Tabel 3 Analisis Hasil Kemampuan Gerak Dasar Melempar
No
Keterangan
Hasil siklus II
1
Tuntas
29
2
Tidak Tuntas
6
3
Presentase Ketuntasan
82,4%
4
Presentase Tidak Tuntas
17,6%
5
Nilai Tertinggi
93
6
Nilai Terendah
60
7
Rata-rata Kelas
81
Berdasarkan tabel tersebut hasil kemampuan gerak dasar melempar siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran TGT berbantuan media video. Hasil tindakan dalam siklus II menunjukan bahwa sebanyak 29 (82,4%) siswa mencapai ketuntasan dalam pembelajaran gerak dasar melempar, dan 6 (17,6%) siswa masih mengalami tidak tuntas. Rata-rata kelas sebesar 81, nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 60.

Perubahan Prillaku belajar siswa
Hasil pengamatan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS pada materi koperasi pada siklus II dapat dilihat dalam tabel 4 berikut.
Tabel 4 Analisis Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Siklus II
Responden 34
Aspek yang diamati

Perhatian
Respon
Tanggung Jawab
Kerja Sama
Membuat Catatan
Skor yang diperoleh
30
27
28
27
31
Skor Mak
34
34
34
34
34
Presentase
88
79
82
79
91
Analisis
Sangat baik
Baik
Sangat baik
Baik
Sangat baik

Berdasarkan tabel tersebut dapat dipaparkan bahwa terjadi perubahan prilaku belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model TGT berbantuan media video, dari yang kurang aktif menjadi aktif, yang senang berbicara sendiri menjadi memperhatikan, yang kurang bertanggung jawab menjadi lebih bertanggung jawab, yang tidak aktif dalam membuat catatan menjadi lebih aktif membuat catatan.

Refleksi Siklus II                                          
Refleksi hasil pembelajaran gerak dasar melempar dengan menggunakan model TGT berbantuan media video pada siklus II ini adalah : adanya peningkatan semangat belajar siswa sehingga meningkatkan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas menjadi 81, hal ini berarti terjadi peningkatan sebesar 7,9 dari siklus I. Peningkatan kemampuan gerak dasar melempar ini karena pembelajaran gerak dasar melempar dilakukan dengan model pembelajaran TGT berbantuan media video. Pembelajaran ini mencapai indikator kerja, yakni rata-rata kelas kelas lebih dari 75 sudah tercapai dan tingkat pencapaian nilai siswa yang mencapai KKM lebih dari 75%.

Pembahasan Hasil
Proses Pembelajaran Gerak Dasar Melempar Menggunakan Model TGT Berbantuan Media Video
Pembelajaran dengan menggunakan model TGT berbantuan media video pada kelas IV semester II SDN Ngagel 01, dengan materi pembelajaran gerak dasar melempar, menunjukkan aktivitas belajar siswa yang meningkat, perubahan prilaku siswa, serta kemampuan gerak dasar melempar. Pembelajaran dengan model TGT berbantuan media video, ternyata dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Siswa yang  biasanya  perhatiannya  kurang, tampak menjadi lebih antusias pada pembelajaran ini. Demikian pula siswa yang sudah mulai jenuh dengan pembelajaran yang monoton dan tidak bervariasi,  kembali  lebih  berkonsentrasi  dan  motivasi  belajar siswa untuk memahami tentang gerak dasar melempar dalam  pembelajaran  ini  karena  dengan model TGT berbantuan media video ini siswa yang biasanya melakukan kegiatan pembelajaran secara individu dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru dilakukan dengan membimbing siswa di dalam memahami pembelajaran dengan cara menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari mereka dengan memanfaatkan media gambar. Hal ini senada dengan manfaat dari media, menurut Trianto (2007: 75) antara lain adalah: 1) bahan yang disajikan lebih bermakna bagi peserta didik dan tidak bersifat verbal listik, 2) metode pembelajaran lebih bervariasi, 3) peserta didik menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas, 4) pembelajaran lebih menarik, 5) mengatasi keterbatan ruang.
Berdasarkan deskripsi tersebut, maka hipotesis yang diajukan diterima, yakni proses pembelajaran dengan menerapkan model TGT berbantuan media video dapat meningkatkan aktivitas belajar gerak dasar melempar terbukti adanya peningkatan respon, tanggung jawab, percaya diri, kerja sama dan membuat catatan dalam proses pembelajaran gerak dasar melempar.

Peningkatan Kemamapuan Gerak Dasar Melempar
Penerapan model pembelajaran TGT berbantuan media video dalam pembelajaran gerak dasar melempar dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar  siswa. Hal ini terbukti bahwa hasil kemampuan gerak dasar melempar lebih baik dari pada kondisi awal sebelum penerapan model TGT berbantuan media video. Peningkatan kemampuan ini mulai dari siklus I maupuun siklus II. Kemampuan gerak dasar melempar siswa dalam siklus I baik dari segi cara memegang turbo, sikap badan waktu akan melempar turbo, cara melempar turbo, sikap badan setelah melemapar turbo, maupun hasil lemparan meningkat dengan maksimal. Hasil kemampuan gerak dasar melempar yang lolos KKM 75 sebanyak 29 siswa (82,4%), dan hanya 6 siswa yang belum mencapai KKM. Rata-rata kelas dari pra siklus, siklus I, hingga siklus II, meningkat dari 67,7 menjadi 73,1 pada siklus I, dan pada siklus II menjadi 81.
Dengan demikian, hipotesis ketiga diterima, yakni pembelajaran dengan model pemelajaran TGT berbantuan media video terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar pada siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015.

Perubahan Prilaku Siswa dalam Pembelajaran Gerak Dasar Melempar Menggunakan Model TGT Berbantuan Media Video
Pemanfaatan model TGT berbantuan media video pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) yang dilakukan, terlihat bahwa siswa belajar dengan antusias dan semangat yang tinggi, sehingga tujuan yang diharapkan tercapai. Maka dari pembelajaran dengan model  TGT berbantuan media video aspek gerak dasar melempar ini dapat mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan yang ditetapkan oleh peneliti. Hal ini senada denga pendapat Hamid dalam Etin dan Raharjo (2008: 4) menjelaskan bahwa cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Cooperative Learning juga dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang berbasis sosial dimana siswa secara aktif dan kreatif mengembangkan ide yang dimiliki yang kemudian dikolaborasikan dengan teman dalam satu kelompok.
Berkaitan dengan pendapat tersebut, maka pemanfaatan media video yang ditayangkan menggunakan LCD, menjadikan pembelajaran yang inovatif dengan memanfaatkan perkembangan IPTEK sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk mengalami pembelajaran yang menyenangkan dan tidak monoton. Dengan adanya keuntungan-keuntungan dari pemanfaatan media dan model TGT ini, maka hipotesis yang dikemukakan diterima, yakni pembelajaran dengan menggunakan model TGT berbantuan media video pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahrag dan Kesehatan (Penjasorkes) pada aspek gerak dasar melempar terbukti dapat mengubah prilaku belajar siswa kelas IV SDN Ngagel 01, semester II tahun pelajaran 2014/2015.

PENUTUP
Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini:  1) proses pembelajaran dengan menggunakan model TGT berbantuan media video dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran gerak dasar melempar pada kelas IV SDN Ngagel 01 semester II tahun pelajaran 2014/2015, 2) model TGT berbantuan media video dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar siswa mulai dari cara memegang turbo, sikap badan waktu akan melempar turbo, cara melempar turbo, sikap badan setelah melemapar turbo, maupun hasil lemparan dan 3) model TGT berbantuan media video dapat merubah prilaku belajar siswa yang kurang aktif menjadi aktif, kurang bertanggung jawab menjadi lebih bertanggung jawab, kurang membuat catatan menjadi lebih aktif membuat catatan selama pembelajaran berlangsung.


Saran
Untuk mengintensifkan model TGT berbantuan media video, dapat disarankan sebagai berikut: 1) Guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes) kiranya dapat memanfaatkan model pembelajaran Teams Games Tournamnet (TGT) berbantuan media video sebagai salah satu alternatif model dan media pembelajaran dalam pembelajaran gerak dasar melempar. Model pembelajaran model pembelajaran Teams Games Tournamnet (TGT) berbantuan media video terbukti dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar. Selain itu, guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes) hendaknya mengetahui perkembangan zaman agar dapat memberikan inovasi dalam pembelajaran   sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton dan juga untuk mempersiapkan siswa menghadapi persaingan pendidikan. 2) Para peneliti yang menekuni bidang penelitian Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes) kiranya dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai kemampuan gerak dasar melempar. Para peneliti dapat menerapkan berbagai strategi, model, metode, teknik, dan media berdasarkan pendekatan tertentu yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa, khususnya kemampuan gerak dasar melempar. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat membantu guru untuk memecahkan masalah yang sering muncul dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes) di kelas sehingga berdampak positif bagi perkembangan pendidikan yang lebih berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

No comments:

Post a Comment