Abstrak : rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah proses
pembelajaran, perubahan prilaku dan seberapa banyak peningkatan kemampuan gerak
dasar melempar siswa dengan model Teams Games Tournament (TGT) berbantuan
media video pada siswa kelas IV semester II SD Negeri Ngagel 01 tahun pelajaran
2014/2015. Terjadi perubahan prilaku belajar dari aspek perhatian, respon,
tanggung jawab, rasa percaya diri, kerja sama siswa, dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran. PTK ini dilaksanakan dua siklus. Hasil penelitian siklus I nilai
rata-rata kelas 73,1 dengan ketuntasan klasikal 73,5%, pada siklus II nilai
rata-rata kelas 81 dengan ketuntasan klasikal 82,4%.
Kata kunci : model Teams Games Tournament (TGT), media video, dan kemampuan gerak dasar melempar.
PENDAHULUAN
Kenyataan di lapangan pada saat
ini, siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran penjasorkes khususnya pada
saat materi aktivitas pembelajaran gerak dasar melempar. Padahal rangkain gerak
dasar melempar dapat diterapkan dalam bentuk model pembelajaran yang
menyenangkan dan tidak hanya sekedar melempar. Anak juga membutuhkan keragaman
gerak agar dapat tumbuh menjadi besar dan kuat. Pada saat pembelajaran siswa
lebih memilih hanya duduk dipinggir lapangan dari pada mendengarkan penjelasan
dari guru. Siswa beranggapan bahwa gerak dasar melempar hanya sekedar melempar
saja tampa harus memperhatikan teknik melempar yang baik dan benar. Sehingga
berdampak pada hasil kemampuan gerak dasar melempar siswa masih rendah. Hal ini
terbukti dari hasil observasi sebelum diadakan penelitian di kelas IV semester
II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015 diketahui dari 34 siswa hanya 16
siswa atau 47,1% yang mendapat nilai diatas KKM. Sementara 18 siswa atau 52,9%
belum mencapai nilai KKM yang sudah ditentukan. Kemampuan gerak dasar siswa
cukup rendah, mulai dari cara memegang turbo, sikap badan waktu akan melempar
turbo, cara melempar turbo, sikap badan setelah melempar turbo, dan hasil
lemparan.
Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai
peranan penting dalam pengembangan kemampuan kondisi fisik, mental, emosional,
intelektual, dan sosial anak. Tapi kenyataan di lapangan Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) menjadi suatu mata pelajaran yang melelahkan
serta tidak sesuai dengan konsep dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan (Penjasorkes) itu sendiri. Kenyataan lainnya adalah tidak adanya
kesinambungan antara kurikulum yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari.
Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dibutuhkan sarana dan prasarana
yang baik dan guru juga harus berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar
khusunya untuk siswa sekolah dasar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru
adalah dengan memodifikasi sarana dan prasarana belajar. Sehingga pembelajaran
yang dilakukan dapat memperoleh hasil yang maksimal. Dengan penerapan model
atau metode pembelajaran mapun pemanfaatan media yang baik maka pembelajaran
yang dilakukan tidak monoton dan membosankan.
Berdasarkan deskripsi
tersebut, maka diperlukan kegiatan pembelajaran pada aspek gerak dasar melempar
di kelas IV SDN Ngagel 01 yang inovatif agar pembelajaran yang dilakukan tidak
membosankan. Salah satu pembelajaran yang inovatif tersebut adalah penerapan model Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media video. Melalui
pembelajaran dengan model Teams Games
Tournament (TGT) berbantuan media video ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan gerak dasar melempar pada siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01
tahun pelajaran 2014/2015. Selain itu juga untuk merubah prilaku siswa kearah
yang lebih positif.
Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah 1) bagaimanakah proses pembelajaran kemampuan gerak dasar
melempar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe
Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media video pada siswa kelas IV
semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015; 2) bagaimanakah kualitas perubahan prilaku percaya diri,
peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek
sebagai wujud sikap sosial setelah mengikuti pembelajaran kemampuan
gerak dasar melempar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe
Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media video pada siswa kelas IV
semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015; 3) seberapa banyak
peningkatan kemampuan gerak dasar melempar dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperative Learning tipe
Teams Games Tournament (TGT) berbantuan
media video pada siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran
2014/2015?
Tujuan penelitian ini adalah
untuk: 1) mendeskripsikan proses pembelajaran kemampuan gerak dasar melempar
dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Teams Games Tournament
(TGT) berbantuan media video pada siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01
tahun pelajaran 2014/2015; 2) mengidenfikasi kualitas
perubahan prilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara
pribadi peristiwa jangka pendek sebagai wujud sikap sosial setelah mengikuti
pembelajaran kemampuan gerak dasar melempar dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperative Learning tipe
Teams Games Tournament (TGT) berbantuan
media video pada siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran
2014/2015; 3) mendeskripsikan seberapa banyak peningkatan kemampuan gerak dasar
melempar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Teams
Games Tournament (TGT) berbantuan media video pada siswa kelas IV semester
II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015.
Penelitian ini diharapkan
dapat dimanfaatkan sebagai panduan guru dalam pembelajaran gerak dasar melempar
di pendidikan dasar dengan memanfaatkan media dan model Teams Games Tournament (TGT). Serta memberikan motivasi dan
pengalaman baru bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar
melalui pembelajaran dengan memanfaatkan media video, dan dapat memberikan
masukan pada sekolah untuk meningkatkan hasil kemampuan gerak dasar melempar
melalui penerapan model-model pembelajaran yang inovatif.
LANDASAN
TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Hakikat
Cooperatif Learning Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Rusman (2011: 203) bahwa dalam
sistem pembelajaran kooperatif siswa bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam
model pembelajaraan ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar
untuk dirinya sendiri dan membantu temannya. Senada dengan pendapat tersebut
Etin dan Raharjo (2008: 4) mengatakan bahwa Cooperative
Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri.
Kaitannya dengan pendapat
tersebut Wina (2011: 242) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
Berdasarkan pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan
cara membentuk keompok secara heterogen dan harus bisa bekerjasama antar
anggota kelompok agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapun unsur-unsur
pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan menurut Roger dan Johnson dalam
Suprijono (2010: 58) antara lain: 1) saling ketergantungan, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka,
4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok.
Model
Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Asma
(2006: 54) model TGT adalah suatu model pembelajaran oleh guru dan diakhiri
dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa. Setelah itu siswa pindah ke
kelompk masing-masing untuk mendiskusikan dan mnyelesaikan
pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang diberikan guru.
Senada
dengan pendapat tersebut Trianto (2010: 83) mengemukakan bahwa pada model TGT
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 orang untuk
memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh point
untuk skor tim mereka.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model TGT merupakan model
pembelajaran dengan membagi siswa kedalam tim dan dalam pembelajarannnya
menerapkan unsur permainan turnamen untuk memperoleh poin bagi skor tim mereka.
Komponen-komponen yang ada pada model TGT menurut Slavin (2009: 167) yaitu: 1)
penyajian kelas, 2) kelompok (teams), 3)
permaianan (game), 4) tournament, 5) penghargaan kelas. Dengan
memperhatikan komponen-komponen model Teams
Games Tournament (TGT). Maka langkah-langkah pembelajaran TGT menurut
Trianto (2010: 84) secara runtut yaitu 1) siswa ditempatkan pada tim belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi,
jenis kelamin, dan suku. 2) Guru menyiapkan pelajaran dan kemudian siswa
bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut, 3) seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis
mereka tidak dapat saling bantu. Setiap model pembelajaran pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing begitupun model TGT. Menurut Taniredja
(2012: 72-73) kelebihan model TGT yaitu : 1) dalam kelas kooperatif siswa
memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapat, 2) rasa percaya
diri siswa menjadi tinggi, 3) perilaku mengganggu terhadap siswa lain
menjadilebih kecil, 4) motivasi siswa belajar siswa bertambah, 5) pemahaman
yang lebih mendalam terhadap materi pembelajaran, meningkatkan kebaiakan budi
pekerti, kepekaan, toleransi antar siswa maupun guru, 7) kerjasama antar siswa
akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.
Sedangkan kekurangannya antara lain: 1) sering terjadi dalam kegiatan
pembelajaran semua siswa tiidak ikut serta menyumbangkan pendapat, 2) kekurangan
waktu untuk proses pembelajaran, 3) kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau guru
tidak mengelola kelas.
Media Pembelajaran
Arsyad (2010: 3)
menerangkan bahwa kata “media” berasal dari kata Latin “medius”, yang secara harafiah berarti “tengah”, ”perantara”, atau
“pengantar. Media memilki peranan yang penting dalam sistem pembelajaran.
Seiring dengan pendapat
tersebut Etin dan
Raharjo (2008: 22) bahwa makna umunya media adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan informasi kepada penerima informasi.
Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan media pembelajaran adalah merupakan alat atau sarana
yang digunakan sebagai perantara dalam menyalurkan pesan dan kepada siswa
sehingga dapat mendorong proses belajar secara efektif dan efisien. Sebuah
media harus mempunyai ciri-ciri agar bisa dikatakan sebagai media pembelajaran Gerlach & Elly (dalam Arsyad 2010: 12-14) yaitu: 1)
ciri fiksatif, 2) ciri manipulatif, 3) ciri distributif. Media pembelajaran
mempunyai fungsi dan manfaat. Kemp & Dayton (dalam Arsyad 2010: 19-21)
menyatakan fungsi media pembelajaran sebagai berikut ini: 1) memotivasi minat
dan tindakan, 2) menyajikan informassi, 3) memberi informasi. Sedangakn manfaat
media menurut Trianto (2007: 75) sebagai berikut: 1) bahan yang disajikan lebih
bermakna bagi peserta didik dan tidak bersifat verbal listik, 2) metode
pembelajaran lebih bervariasi, 3) peserta didik menjadi lebih aktif melakukan
beragam aktivitas, 4) pembelajaran lebih menarik, 5) mengatasi keterbatasan
ruang.
Media Pembelajaran Video
Cecep dan Bambang (2011: 73) menjelaslan
menjelaskan bahwa video merupakan kumpulan gambar-gambar yang dapat
menggambarkan suatu objek yang bergerak secara bersamaan dengan suara yang
sesuai atau suara yang sesuai.
Seiring dengan pendapat
tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Prastowo, 2011: 300) mengartikan
video sebagai rekaman gambar hidup atau
program televise lewat tayangan televisi. Atau, dengan kata lain video
merupakan tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara. Adapun
keuntungan penggunaan media video pembelajaran menurut Cecep dan Bambang (2011:
73) adalah sebagai berikut: 1) video
dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca,
berdiskusi, praktik, dan lain-lain, 2) video dapat menggambarkan suatu proses
secara tepat dan dapat disaksikan secara berulang-ulang, 3) disamping mendorong dan meningkatkan
motivasi, video juga mampu menanamkan sikap dan segi-segi efektif lain.
Misalnya, video proses berjangkitnya penyakit diare, dapat membuat siswa sadar
terhadap kebersihan makanan dan lingkungan, 4) video yang
menagndung nilai-nilai positif
dapat mengundang pemikiran dan
pembahasan dalam kelompok siswa, 5) video dapat
ditujukkan kepada kelompok
kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan, 6) video
dapat menampilkan kejadian yang normal memakan waktu lama, bisa ditampilkan
dalam waktu singkat. Misalnya, kuncup bunga sampai mekar.
Hakikat
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kessehatan (Penjasorkes)
Sunardi (2009: 1) menyatakan pendidikan pada dasarnya
merupakan rekontruksi
aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru
menjadi lebih terarah dan bermakna. Sedangkan pengertian pendidikan jasmani
menurut M. Furqon
(2006: 3) menyatakan,
Pendidikan
jasmani dapat dikatakan suatu proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan
individu secara organik,
neomuskular, perceptual,
kognitif,
dan emosional dalam
kerangka sistem pendidikan
nasional.
Senada dengan pendapat tersebut Rusli Lutan
(1999/2000: 1) menyatakan
pendidikan
jasmani merupakan alat
untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan yang
terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang
hayatnya.
Lebih lanjut menurut Rusli
Lutan (1999/2000: 2) menyatakan melaui
Penjasorkes diharapkan dapat mendidik anak sebagai berikut : 1) memperoleh
dan mempertahankan
derajat kebugaran
jasmani yang
optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secar
efisien dan optimal
2) mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam
aktivitas
jasmani baik secar berkelompok maupun perorangan, 3) Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif
dalam hubungan antar orang, 4) menikmati kesenangan dan
keriangan
melalui aktivitas jasmani
termasuk permainan
olahraga. Sedangkan ruang
lingkup Penjasorkes menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992: 5-6) bahwa
ruang lingkup pendidikan jasmani dari kelas I-VI sekolah dasar ditekankan
pada usaha memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental,
emosional dan sosial. Jenis-jenis kegiatan yang diajarkan di Sekolah Dasar meliputi
atas Pengembangan Kemampuan Jasmani (PKJ),
atletik, senam,
dan permainan.
Hakikat Kemampuan Gerak Dasar
Melempar
Aip Syarifuddin dan Muhadi
(1991/1992: 18) kemampuan gerak adalah kesanggupan seseorang untuk menggerakkan
anggota badan di dalam mempelajari gerakan, hingga memiliki rangkaian urutan gerak yang teratur, luwes, cepat, tepat, dan
lancar melalui latihan yang teratur
dan terus menerus. Berkaitan dengan kemampuan gerak dasar
Mulyono B. (1994:
298) bahwa, Kemampuan motorik
atau kemampuan gerak dasar adalah hadirnya
kemampuan bawaan dan kemampuan yang diperoleh
dalam
melakukan keterampilan gerak (motor skill) dan sifat umum atau fundamental, diluar
kemampuan olahraga
spesialisasi tingkat tinggi.
Kaitannya
dengan pendapat tersebut Sukinta (2004: 78) berpendapat
kemampuan motorik adalah
kualitas hasil gerak individu dalam
melakukan gerak, baik gerakan non olahraga
maupun gerak dalam olahraga atau
kematangan
penampilan keterampilan
motorik.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan,
kemampuan gerak
dasar merupakan kemampuan yang mendasari dari gerak yang bersifat umum
yang berperan untuk melakukan gerak
baik
gerakan
olahraga maupun
non
olahraga. Kemampuan gerak dasar menurut M. Furqon H. (2002: 32) diklasifikasikan terdiri dari
tiga
bagian
yaitu: 1) gerak stabilitas, 2) gerak lokomotor, 3) gerak manipulatif. Untuk
melempar masuk kedalam bagian gerak manipulatif. Mochamad Djumidar A. Widya (2004: 121) menyatakan
lempar adalah
suatu gerakan yang menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan daya pada benda tersebut dengan
memiliki kekuatan ke depan atau ke atas. Senada dengan pendapat tersebut Agus Kristiyanto (2005: 49) menyatakan
melempar merupakan kemampuan
mengarahkan suatu benda yang dipegang
ke suatu sasaran dengan menggunakan
kekuatan yang cukup.
Nomor lempar yang
harus diajarkan di SD adalah lempar bola kecil dan
bola besar, tolak peluru dan lempar lembing. Gerry A. Carr (1997: 3) menyatakan
dari semua nomor
lomba, lempar
lembing
merupakan gerakan
yang mirip dengan gerakan melempar pada umumnya. Teknik melempar menurut Aip Syarifuddin
(1991/1992: 28) didasarkan pada sikap permulaan dan gerakkannya. Sikap
permulaan yaitu Berdiri tegak, kaki kiri agak ke depan, kaki kanan dibelakang (bila
melempar dengan
kaki kanan), serta badan
berada di
kaki kanan, Kedua tangan memegang bola di depan dekat ke dada dengan siku
dibengkokkan. Pandangan
ke arah sasaran yang dituju. Sedangkan gerakannya yaitu Pada waktu bola akan dilemparkan, tangan kanan yang memegang
bola dibawa/diayunkan kesamping ke belakang. Kemudian dari
belakang bola dilemparkan dengan menggerakkan tangan dari
belakang melalui atas kepala ke atas ke depan, dan bola lepas pada
saat tangan lurus dan
berat
badan
berada pada kaki
kiri
(jika
melempar jauh) serta bersamaan dengan badan yang dilonjakkan ke atas ke depan dan kaki kanan ditolakkan ke atas ke depan. Mendarat pada kaki kanan, kaki kiri tergantung
lemas dibelakang, pandangan mengikuti arah jalannya bola.
Kerangka
Berfikir
Model TGT berbantuan media
video untuk mengatasi pembelajaran guru yang masih bersifat konvensional. Model
TGT berbantuan media video selain untuk pembelajaran gerak dasar melempar
sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan, juga bermuatan nilai-nilai
pendidikan berkarakter. Nilai-nilai karakter yang akan diterapkan dalam pembelajaran
menggunakan model TGT berbantuan media video
ini didasarkan pada 18 nilai yang telah ditetapkan oleh kemdiknas. Secara
ekplisit nilai karakter: rasa ingin tahu, kerja sama, tanggung jawab, dan
percaya diri.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan kerangka berifikir
tersebut, peneliti berasumsi bahwa: 1) pemanfaatan model TGT berbantuan media video diduga
meningkatkan aktivitas belajar siswa, 2) model TGT berbantuan media video diduga efektif untuk merubah prilaku siswa
dalam pembelajaran gerak dasar melempar, dan 3) pemanfaatan model TGT
berbantuan media gambar diduga efektif meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa
pada kelas IV semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015.
MOTODE
PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan
pada smester II tahun pelajaran 2014/2015. Maisng-masing siklus dilakukan kegiatan
pembelajaran sebanyak dua kali pertemuan. Siklus I dilaksanakan pada hari
sabtu, 21 Maret 2015 dan hari Sabtu, tanggal 28 Maret 2015 sedangkan siklus II
dilaksanakan pada hari Sabtu 4 April
2015 dan sabtu tanggal 11 April 2015.
Subjek penelitian ini adalah hasil
kemampuan gerak dasar melempar pada siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01
pada tahun pelajaran 2014/2015. Adapun sumber data dari penelitian ini: 1) siswa
yang jumlahnya sebanyak 34 siswa, yang terdiri atas 19 siswa laki-laki dan 15
siswa perempuan, 2) guru kelas dan teman sejawat.
Teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data berbentuk
tes dan nontes. Tes digunakan
untuk mengetahui
kemampuan gerak dasar melempar. Teknik nontes berupa observasi dengan lembar
observasi dan catatan harian digunakan untuk menilai aktivitas, keaktifan, dan
perubahan tingkah laku
siswa selama kegiatan dilakukan.
Analisis data
dalam penelitian ini
disajikan dalam bentuk
analisis kualitatif dengan metode pemaparan secara deskriptip
komparatif, yakni mendeskripsikan
semua temuan dalam penelitian disertai dengan data-data kuantitatif yang
dianalisis secara sederhana (persentase).
Indikator
kinerja penelitian ini adalah: (1) adanya peningkatan perolehan nilai rata-rata
pra siklus dari 67,7 menjadi
minimal nilai rata-rata sebesar 75, (2) perubahan
perilaku siswa dari tidak
aktif menjadi aktif dalam pembelajaran gerak dasar melempar menggunakan model TGT berbantuan
media video, dan 3) tingkat
kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari yang lulus KKM 75 sebanyak 16 siswa (47,1%) menjadi sedikitnya 25 siswa (75%).
Prosedur penelitian siklus 1
pembelajaran yang akan dilakukan dengan appersepsi, penyampain tujuan
pembelajaran, dan penjelasan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa.
Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan:
1) siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab untuk menggali pengetahuan
awal siswa, 2) siswa memperhatikan media video yang berhubungan dengan materi,
3) siswa dibagi menjadi beberapa tim, 4) siswa melakukan game, 6) guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan.
Perbaikan siklus II teletak pada
cakupan materi dan perbaikan media video yang dibuat lebih menarik dibandingkan
di siklus I. Proses pembelajaran dilakukan secara kolaboratif untuk memperoleh
hasil yang maksimal pada siklus II ini.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
Kondisi awal siswa kelas IV SDN Ngagel
01 semester II tahun pelajaran 2014/2015 adalah hasil kemampuan gerak dasar
melempar rendah terbukti dengan banyaknya siswa yang nilainya tidak memenuhi KKM
yang telah ditentukan yaitu sebesar 75, beberapa siswa kurang antusias dan
semangat ketika kegiatan pembelajaran gerak dasar melempar. Berikut adalah
prilaku siswa ketika pembalajaran gerak dasar melempar menggunakan metode
ceramah dan penugasan individu.
Gb.1
Kondisi Awal Siswa Pembelajaran Gb. 2
Siswa banyak yang bicara
Gerak
Dasar Melempar sendiri
Data nilai
siswa yang diperoleh menunjukkan kondisi
awal siswa
memiliki kemampuan gerak dasar yang rendah.
Berdasarkan nilai hasil tugas
melempar turbo yang diberikan guru
diketahui siswa yang belum
dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75 masih sebanyak
18 siswa (52,9%) dari jumlah
siswa seluruhnya 34. Siswa yang mencapai KKM sebanyak 16 siswa (47,1,%) dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 67,7 dengan nilai tertinggi 86 dan nilai terendah 50.
Hasil Penelitian Siklus I
Proses Pembelajaran dengan Model TGT Berbantuan Media Video
Berdasarkan identifikasi
permasalahan yang telah dideskripsikan, peneliti menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setelah RPP disusun, maka kegiatan selanjutnya
adalah menyiapkan media yang akan digunakan dalam penelitian yaitu video tentang
gerak dasar melempar.
Pelaksanaan
tindakan siklus pertama ini dilakukan pada hari Sabtu
tanggal
21 Maret 2015 untuk pertemuan pertama, dan pertemuan ke dua
dilaksanakan hari Sabtu tanggal 28 Maret 2015.
Kegiatan pembelajaran dengan model TGT berbantuan media video ini dilakukan di dalam
kelas oleh guru kelas sebagai peneliti dan teman sejawat untuk berkolaborasi.
Aktivitas
proses kegiatan pembelajaran siklus I dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 3 Guru Menjelaskan Kegiatan Gambar 4 Guru Menggunakan Media Video
Gambar 5 Siswa melakukan game Gambar 6 Siswa mempraktikkan
didampingi oleh guru gerak dasar
melempar
Gambar 7 Siswa Semangat
dalam Gambar 7 Siswa
mengerjakan
Pembelajaran
tugas
Peningkatan
Kemampuan Gerak Dasar Melempar
Hasil kemampuan gerak dasar melempar
siswa dengan menggunakan model Teams
Games Tournament (TGT) berbantauan media video dilihat tabel 1 berikut
Tabel 1 Analisis Hasil Kemampuan Gerak
Dasar Melempar
No
|
Keterangan
|
Hasil
siklus I
|
1
|
Tuntas
|
25
|
2
|
Tidak Tuntas
|
9
|
3
|
Presentase Ketuntasan
|
73,5%
|
4
|
Presentase Tidak Tuntas
|
26,5%
|
5
|
Nilai Tertinggi
|
90
|
6
|
Nilai Terendah
|
50
|
7
|
Rata-rata Kelas
|
73,1
|
Berdasarkan tabel tersebut kemampuan
gerak dasar siswa meningkat setelah menggunakan model TGT berbantuan media
video. Hasil tindakan dalam siklus pertama menunjukan bahwa sebanyak 25 (73,5%)
siswa mencapai ketuntasan dalam pembelajaran gerak dasar melempar, dan 9 (26,5%)
siswa masih mengalami tidak tuntas. Rata-rata sebesar 73,1, nilai tertinggi 90
dan nilai terendah 50.
Perubahan
Prillaku belajar siswa
Hasil pengamatan keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran gerak dasar melempar dalam siklus I dapat dilihat dalam
tabel 2 berikut.
Tabel 2 Analisis Hasil Pengamatan
Terhadap Aktivitas Siswa Siklus I
Responden 34
|
Aspek
yang diamati
|
||||
|
Perhatian
|
Respon
|
Tanggung Jawab
|
Kerja Sama
|
Membuat Catatan
|
Skor yang diperoleh
|
28
|
24
|
21
|
23
|
25
|
Skor Mak
|
34
|
34
|
34
|
34
|
34
|
Presentase
|
82
|
71
|
62
|
68
|
73
|
Analisis
|
Sangat baik
|
Baik
|
Cukup
|
Baik
|
Baik
|
Berdasarkan tabel tersebut dapat dipaparkan
bahwa terjadi perubahan prilaku belajar siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan model TGT berbantuan
media video, dari yang kurang aktif menjadi aktif, yang senang berbicara
sendiri menjadi memperhatikan, yang kurang bertanggung jawab menjadi lebih
bertanggung jawab, yang tidak aktif dalam membuat catatan menjadi lebih aktif
membuat catatan.
Refleksi
Siklus I
Refleksi hasil pembelajaran gerak
dasar melempar menggunakan model TGT berbantuan media video ini, dapat
dikemukakan beberapa kekurangan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk siklus
berikutnya. Kelemahan pada siklus I antara lain : 1) siswa masih kurang aktif
dalam pembelajaran, 2) siswa masih belum dapat melakukan pembelajaran dengan
model TGT berbantuan media video, 3) siswa masih kesulitan dalam melakukan
gerak dasar melempar .
Kelebihan siklus I ini adalah : adanya
peningkatan semangat belajar siswa sehingga meningkatkan kemampuan gerak dasar
melempar siswa. Nilai rata-rata 73,1 pada siklus I, hal ini berarti terjadi
peningkatan sebesar 5,4. Peningkatan kemampuan gerak dasar melempar ini karena
pembelajaran gerak dasar melempar dilakukan dengan model TGT berbantuan media
video. Pembelajaran ini masih perlu ditingkatkan karena indikator kerja belum
tercapai, yakni rata-rata kelas kelas sebesar 75 belum tercapai dan tingkat
ketuntasan klasikal sebesar 75% yang ditargetkan juga belum tercapai.
Hasil
Penelitian Siklus II
Proses
Pembelajaran dengan Model TGT Berbantuan Media Video
Berdasarkan refleksi pembelajaran
siklus II, peneliti menyusun
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setelah RPP disusun, maka kegiatan selanjutnya
adalah menyiapkan media yang akan digunakan dalam penelitian yaitu video tentang gerak dasar
melempar.
Pelaksanaan
tindakan siklus II ini dilakukan
pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015 untuk
pertemuan pertama, dan pertemuan ke dua dilaksanakan hari Sabtu tanggal 11 April 2015. Kegiatan
pembelajaran dengan
model TGT berbantuan media video ini dilakukan di dalam kelas oleh guru kelas sebagai
peneliti dan teman sejawat untuk berkolaborasi.
Aktivitas proses kegiatan pembelajaran siklus II dapat dilihat
dalam gambar berikut ini:
Gambar
3 Guru Menjelaskan Kegiatan ` Gambar 4 Guru Menggunakan
media video
Gambar 5 Siswa melakukan game Gambar 6 Siswa mempraktikkan
didampingi oleh
guru
gerak dasar melempar
Gambar 7 Siswa Semangat
dalam Gambar 7 Siswa
mengerjakan
pembelajaran
tugas
Pembelajaran dari awal sampai
akhir dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan dalam bab III.
Pada akhir pertemuan kedua dilakukan ulangan harian untuk mengetahui
keberhasilan tindakan yang diberikan.
Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar Melempar
Hasil kemampuan gerak dasar
melempar menggunakan model TGT berbantuan media video dilihat tabel 3 berikut
Tabel
3 Analisis Hasil Kemampuan Gerak Dasar Melempar
No
|
Keterangan
|
Hasil siklus II
|
1
|
Tuntas
|
29
|
2
|
Tidak Tuntas
|
6
|
3
|
Presentase Ketuntasan
|
82,4%
|
4
|
Presentase Tidak Tuntas
|
17,6%
|
5
|
Nilai Tertinggi
|
93
|
6
|
Nilai Terendah
|
60
|
7
|
Rata-rata Kelas
|
81
|
Berdasarkan tabel tersebut hasil
kemampuan gerak dasar melempar siswa meningkat setelah menggunakan model
pembelajaran TGT berbantuan media video. Hasil tindakan dalam siklus II
menunjukan bahwa sebanyak 29 (82,4%) siswa mencapai ketuntasan dalam
pembelajaran gerak dasar melempar, dan 6 (17,6%) siswa masih mengalami tidak
tuntas. Rata-rata kelas sebesar 81, nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 60.
Perubahan
Prillaku belajar siswa
Hasil pengamatan keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran IPS pada materi koperasi pada siklus II dapat dilihat
dalam tabel 4 berikut.
Tabel 4 Analisis Hasil Pengamatan Terhadap
Aktivitas Siswa Siklus II
Responden 34
|
Aspek
yang diamati
|
||||
|
Perhatian
|
Respon
|
Tanggung Jawab
|
Kerja Sama
|
Membuat Catatan
|
Skor yang diperoleh
|
30
|
27
|
28
|
27
|
31
|
Skor Mak
|
34
|
34
|
34
|
34
|
34
|
Presentase
|
88
|
79
|
82
|
79
|
91
|
Analisis
|
Sangat baik
|
Baik
|
Sangat baik
|
Baik
|
Sangat baik
|
Berdasarkan tabel tersebut dapat
dipaparkan bahwa terjadi perubahan prilaku belajar siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan model TGT berbantuan media video, dari yang kurang aktif menjadi
aktif, yang senang berbicara sendiri menjadi memperhatikan, yang kurang
bertanggung jawab menjadi lebih bertanggung jawab, yang tidak aktif dalam
membuat catatan menjadi lebih aktif membuat catatan.
Refleksi
Siklus II
Refleksi hasil pembelajaran gerak
dasar melempar dengan menggunakan model TGT berbantuan media video pada siklus
II ini adalah : adanya peningkatan semangat belajar siswa sehingga meningkatkan
hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas menjadi 81, hal ini berarti
terjadi peningkatan sebesar 7,9 dari siklus I. Peningkatan kemampuan gerak
dasar melempar ini karena pembelajaran gerak dasar melempar dilakukan dengan
model pembelajaran TGT berbantuan media video. Pembelajaran ini mencapai
indikator kerja, yakni rata-rata kelas kelas lebih dari 75 sudah tercapai dan
tingkat pencapaian nilai siswa yang mencapai KKM lebih dari 75%.
Pembahasan
Hasil
Proses
Pembelajaran Gerak Dasar Melempar Menggunakan Model TGT Berbantuan Media Video
Pembelajaran dengan menggunakan model
TGT berbantuan media video pada kelas IV semester II SDN Ngagel 01, dengan
materi pembelajaran gerak dasar melempar, menunjukkan aktivitas belajar siswa
yang meningkat, perubahan prilaku siswa, serta kemampuan gerak dasar melempar.
Pembelajaran dengan model TGT berbantuan
media video, ternyata dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Siswa yang biasanya
perhatiannya kurang, tampak
menjadi lebih antusias pada pembelajaran ini. Demikian pula siswa yang sudah
mulai jenuh dengan pembelajaran yang monoton dan tidak bervariasi, kembali
lebih berkonsentrasi dan
motivasi belajar siswa untuk memahami tentang gerak dasar
melempar dalam pembelajaran ini
karena dengan model TGT berbantuan media video ini siswa yang biasanya
melakukan kegiatan pembelajaran
secara
individu dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru dilakukan dengan membimbing siswa di
dalam memahami pembelajaran dengan cara menghubungkan materi dengan kehidupan
sehari-hari mereka dengan memanfaatkan media gambar. Hal ini senada dengan manfaat dari media,
menurut Trianto
(2007: 75) antara lain adalah: 1) bahan yang disajikan lebih bermakna bagi
peserta didik dan tidak bersifat verbal listik, 2) metode pembelajaran lebih
bervariasi, 3) peserta didik menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas,
4) pembelajaran lebih menarik, 5) mengatasi keterbatan ruang.
Berdasarkan
deskripsi tersebut, maka hipotesis yang diajukan diterima, yakni proses
pembelajaran dengan menerapkan
model TGT berbantuan media video dapat meningkatkan aktivitas belajar gerak dasar melempar terbukti
adanya peningkatan respon, tanggung jawab, percaya diri, kerja sama dan membuat catatan dalam proses
pembelajaran
gerak dasar melempar.
Peningkatan
Kemamapuan Gerak Dasar Melempar
Penerapan model pembelajaran TGT
berbantuan media video dalam pembelajaran gerak dasar melempar dapat
meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar
siswa. Hal ini terbukti bahwa hasil kemampuan gerak dasar melempar lebih
baik dari pada kondisi awal sebelum penerapan model TGT berbantuan media video.
Peningkatan kemampuan ini mulai dari siklus I maupuun siklus II. Kemampuan
gerak dasar melempar siswa dalam siklus I baik dari segi cara memegang turbo,
sikap badan waktu akan melempar turbo, cara melempar turbo, sikap badan setelah
melemapar turbo, maupun hasil lemparan meningkat dengan maksimal. Hasil
kemampuan gerak dasar melempar yang lolos KKM 75 sebanyak 29 siswa (82,4%), dan
hanya 6 siswa yang belum mencapai KKM. Rata-rata kelas dari pra siklus, siklus
I, hingga siklus II, meningkat dari 67,7 menjadi 73,1 pada siklus I, dan pada
siklus II menjadi 81.
Dengan demikian, hipotesis ketiga
diterima, yakni pembelajaran dengan model pemelajaran TGT berbantuan media
video terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar pada
siswa kelas IV semester II SDN Ngagel 01 tahun pelajaran 2014/2015.
Perubahan
Prilaku Siswa dalam Pembelajaran Gerak Dasar Melempar Menggunakan Model TGT
Berbantuan Media Video
Pemanfaatan model TGT berbantuan media
video pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
(Penjasorkes) yang dilakukan, terlihat bahwa siswa belajar dengan antusias dan
semangat yang tinggi, sehingga tujuan yang diharapkan tercapai. Maka dari pembelajaran
dengan model TGT berbantuan media video
aspek gerak dasar melempar ini dapat mencapai tujuan instruksional yang
ditetapkan yang ditetapkan oleh peneliti. Hal ini senada denga pendapat Hamid dalam Etin dan Raharjo (2008: 4) menjelaskan
bahwa cooperative mengandung
pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Cooperative Learning juga dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang
berbasis sosial dimana siswa secara aktif dan kreatif mengembangkan ide yang
dimiliki yang kemudian dikolaborasikan dengan teman dalam satu kelompok.
Berkaitan dengan pendapat tersebut, maka
pemanfaatan media video yang ditayangkan menggunakan LCD, menjadikan pembelajaran
yang inovatif dengan memanfaatkan perkembangan IPTEK sehingga dapat menarik perhatian
siswa untuk mengalami pembelajaran yang menyenangkan dan tidak monoton. Dengan
adanya keuntungan-keuntungan dari pemanfaatan media dan model TGT ini, maka hipotesis yang dikemukakan
diterima, yakni pembelajaran dengan menggunakan model TGT berbantuan media video pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani,
Olahrag dan Kesehatan (Penjasorkes) pada aspek gerak dasar melempar terbukti
dapat mengubah prilaku belajar siswa kelas IV SDN Ngagel 01, semester II tahun
pelajaran 2014/2015.
PENUTUP
Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini: 1) proses pembelajaran dengan menggunakan
model TGT berbantuan media video dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
dalam pembelajaran gerak dasar melempar pada kelas IV SDN Ngagel 01 semester II
tahun pelajaran 2014/2015, 2) model TGT berbantuan media video dapat
meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar siswa mulai dari cara memegang
turbo, sikap badan waktu akan melempar turbo, cara melempar turbo, sikap badan
setelah melemapar turbo, maupun hasil lemparan dan 3) model TGT berbantuan media video dapat merubah
prilaku belajar siswa yang kurang aktif menjadi aktif, kurang bertanggung jawab
menjadi lebih bertanggung jawab, kurang membuat catatan menjadi lebih aktif
membuat catatan selama pembelajaran berlangsung.
Saran
Untuk mengintensifkan model TGT
berbantuan media video, dapat disarankan sebagai berikut: 1) Guru
mata pelajaran
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes) kiranya dapat
memanfaatkan model
pembelajaran Teams Games Tournamnet (TGT)
berbantuan media video sebagai salah satu alternatif
model dan media pembelajaran dalam pembelajaran
gerak dasar melempar. Model pembelajaran model
pembelajaran Teams Games Tournamnet (TGT)
berbantuan media video terbukti dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar. Selain itu, guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan (Penjasorkes) hendaknya mengetahui perkembangan zaman agar dapat memberikan inovasi
dalam
pembelajaran
sehingga pembelajaran tidak
terkesan
monoton dan juga untuk
mempersiapkan siswa menghadapi persaingan pendidikan. 2) Para peneliti yang menekuni bidang penelitian Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
(Penjasorkes) kiranya dapat melakukan penelitian
lanjutan mengenai kemampuan gerak dasar melempar. Para
peneliti dapat menerapkan berbagai strategi, model, metode, teknik, dan media berdasarkan pendekatan tertentu yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa,
khususnya kemampuan gerak dasar
melempar. Hasil penelitian
tersebut diharapkan dapat membantu guru untuk memecahkan masalah yang sering muncul dalam proses pembelajaran
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes) di kelas sehingga berdampak
positif bagi perkembangan
pendidikan yang lebih
berkualitas.
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment