Monday 6 March 2017

Meningkatkan Budaya Prestasi Dengan Administrasi Sekolah Yang Efektif Dan Efisien




I.              PENDAHULUAN

       Sekolah merupakan instansi pendidikan yang berintregitas antara komponen yang satu dengan yang lain. Salah satu komponen pendukung yang penting dalam instansi pendidikan, dalam hal ini sekolah adalah tenaga administrasi. Peran dari tenaga administrasi sekolah sangatlah penting dalam mendukung kesuksesan dan kelancaran tata administrasi sekolah.Di dalam menangani tata adminsitrasi sekolah dibutuhkan suatu keahlian dan kemampuan yang cukup dalam bidang administrasi. Oleh karena itu sumberdaya manusia dalam hal ini tenaga administrasi menjadi komponen yang penting dalam suatu sekolah.
       Berkenaan dengan hal itu semua, peran dari tenaga dalam hal ini sumberdaya manusia di dalam memperlancar tata administrasi sekolah sangatlah penting, serta tidak bisa dipisahkan antara komponen yang satu dengan yang lain. Di samping itu, dibutuhkan suatu keahlian juga ketrampilan di dalam menangani urusan tata administrasi sekolah tersebut.Maka dari itu itu sangat diperlukan tenaga tata administrasi yang terampil, handal, serta faham akan job diskripsinya.
       Masih kurang dan rendahnya kompetensi yang dimiliki tenaga tata administrasi sekolah menjadi sebuah fenomena yang perlu dituntaskan dengan segera. Karena peran dari tenaga tata adminstrasi di dalam sebuah sekolah diibaratkan sebagai sebuah nyawa yang bergantung pada bentuk fisiknya.Untuk itu penulis akan mengkaji tentang “Meningkatkan Budaya Prestasi Dengan Administrasi Sekolah Yang Efektif Dan Efisien “




II.              RUMUSAN MASALAH
Dari uraian tersebut maka pemakalah  mengambil inti permasalahan yang harus di pecahkan yaitu :
A.      Apa yang di sebut administrasi itu ?
B.       Bagaimana administrasi sekolah itu ?
C.      Bagaimana supaya tercipta budaya prestasi yang efektif dan efisien dengan mngembangkan administrasi sekolah ?


III.              PEMBAHASAN
A.      Pengertiaan administrasi sekolah .
                        Secara etimologi (asal usul kata) kata administrasi kata administrasi berasal dari bahasa Latin, ad + ministrare. Ad bearti intensif, sedangkan ministrare berarti melayani, membantu, dan memenuhi. Administrare adalah kata kerja, sedangkan kata bendanya adalah administratio dan kata sifatnya adalah administrativus. Administratio diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi administration, dalam bahasa Belanda menjadi administratie, dan dalam bahasa Indosenia menjadi administrasi. Jadi, administrare berarti melayani secara intensif. [1]                                           Adminstrasi dapat ditafsirkan sebagai seni untuk menyelesaikan sesuatu. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa kegiatan adminsitrasi tekanannya diletakkan pada proses dan metode untuk menjamin adanya suatu tindakan yang tepat. Kegiatan administratif adalah kegiatan kelompok, dan upaya untuk merencanakan dan melaksanakan suatu kegiatan sehingga berjalan lancar disebur proses administrative Administrasi dapat dipandang sebagai proses dan dapat pula dipandang sebagai tugas (kewajiban). [2]
                        Administrasi sebagai proses sama dengan adminstrasi dalam arti luas. Adminsitrasi sebagai tugas (kewajiban) dalam konteks pendidikan disebut juga administrasi sekolah yang antara lain meliputi empat hal, yaitu: 1) administrasi peserta didik, 2) administrasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, serta struksut organisasinya, 3) administrasi keuangan, 4) adminsitrasi sarana prasaran, 5) administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat, 6) adminiatrasi layanan khusus (bimbingan konseling, unit kesehatan siswa, unit koperasi sekolah, dan kegiatan ekstra kurikuler. [3]
                        Jadi, dapat disimpulkan bahwa administrasi adalah pengaturan dan pendayagunaan segenap sumber daya secara efektif dan efisien dalam upaya  tercapainya tujuan  secara optimal.
                        Sistem Administrasi Sekolah adalah produk Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dengan tujuan penyeragaman pengolahan data nilai dan bentuk laporan (raport) yang sama pada setiap sekolah di SMA DKI. Disamping itu SAS juga sangat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan keputusan dan beberapa kepentingan lain dalam pengolahan data sekolah. Dari kemunculannya sejak tahun 2005 yang kala itu SAS masih dibangun dengan aplikasi Visual Basic.Net, lalu beberapa tahun kemudian lahir SAS Online yang hingga saat ini masih dipergunakan oleh semua sekolah di Provinsi DKI Jakarta.
                        Saat ini SMA Negeri 11 Jakarta sudah memanfaatkan SAS Buffer sejak Tahun 2009 dengan perkiraan biaya yang sudah dikeluarkan sebesar Rp 28 jutaan, dengan aplikasi ini sekolah dapat :[4]
1.         Mengelola data kelas
2.         Mengelola data pribadi siswa
3.         Mengelola data orang tua/wali
4.         Mengelola data guru dan pegawai
5.         Mengelola data kehadiran dan kepribadian siswa
6.         Mengelola data SK, KD, dan Indikator pembelajaran
7.         Mengelola data KKM
8.         Mengelola data Tagihan/Ujian Formatif dan Sumatif
9.         Mengelola datanilai kompetensi hasil belajar
10.     Mengelola data nilai ektrakurikuler
11.     Menyajikan data prestasi siswa
12.     Menyajikan data rekap nilai (Summary)
13.     Membuat raport
14.     Menyajikan administrasi guru
15.     Menyajikan laporan-laporan data-data sekolah

                        Dengan menggunakan SAS Buffer guru dapat mengakses aplikasi ini dengan lebih cepat, efesien, dan lebih mudah karena diakses tidak melalu server SAS Online, tetapi melalui server SAS yang berada di sekolah.
                        Pentingnya administrasi dalam sebuah instansi menjadikan bagian yang penting dalam roda tata administrasi sekolah. Administrasi itu sendiri merupakan sebuah upaya menjadikan kegiatan dan kerjasama anggota organisasi serta komponen – komponen lainnya menjadi efektif dan efisien. Tanpa disadari manusia selalu dikaitkan dan dibingungkan dengan prosedur masalah administrasi, karena tata administrasi itu sendiri berhubungan dengan sebuah “purpose”, cara – cara individu bekerja, serta pemanfaatan sumber – sumber yang ada secara efektif dan efisien.[5]

B.       Menciptakan budaya prestasi melalui administrasi sekolah yang efektif dan efisien.
                        Efektivitas dan efisiensi merupakan indikator dari produktivitas. Efektivitas mengacu kepada pencapaian target secara kuantitas dan kualitas suatu sasaran program. Makin besar persentase target suatu program yang tercapai makin tinggi tingkat efektivitasnya. Efektivitas berkaitan dengan kualitas, sedangkan efisiensi merupakan refleksi hubungan antara output dan input yang bersifat kuantitas. Efisiensi berkaitan dengan besarnya input untuk menghasilkan output dan besarnya tingkat pemborosan. Efektivitas merupakan refleksi kemampuan untuk mempengaruhi terjadinya suatu produk. Keefektivitasan menunjukkan besarnya pengaruh terhadap suatu proses produksi. “Effectiveness=quantityxquality, and if either is zero there is no effectiveness”. (Holzer and Nagel, 1984). Jadi keefektivitan suatu usaha secara implisit mengandung makna kuantitas dan kualitas.[6]
                        Achmad Sanusi (1988) dalam Sistem Manajemen Pendidikan di Indonesia, efektivitas menekankan kepada relevansi dan adaptabilitas suatu keputusan dalam rencana dan program terhadap dinamika nilai-nilai dalam hubungan interpersonal pegawai serta lingkungan budayanya. Efisiensi diartikan sebagai bentuk upaya untuk mengukur dan menguji secara empiris hubungan antara input dan output. Dari sisi produk efisiensi terjadi apabila biaya yang dikeluarkan minimal dan mendatangkan keuntungan yang sepadan. Efisiensi menunjukkan secara tegas garis pembatas antara sejumlah biaya maksimum untuk membiayai beberapa input secara kuantitas dan proporsional sehingga menghasilkan sejumlah output menurut standar mutu yang telah ditetapkan.[7]
                        Djam’an Satori (2000) mengemukakan sekolah efektif dalam perspektif manajemen, merupakan proses pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik (mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan tindakan, dan pengendalian) untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Selanjutnya jika dilihat dalam perspektif ini, dimensi dan indikator sekolah efektif dapat dijabarkan sebagai berikut :[8]

1.         Layanan Belajar Bagi Siswa
Dimensi ini mencakup seluruh kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan mutu pengalaman belajar. Yang menjadi indikator mutu layanan adalah :
a.    Mutu mengajar guru, aspek ini merupakan refleksi dari kinerja profesional guru yang ditunjukan dalam penguasaan bahan ajar, metode dan teknik mengajar untuk mengembangkan interkasi dan suasana belajar mengajar yang menyenangkan, pemanfaatan fasilitas dan sumber belajar, melaksanakan evaluasi hasil belajar. Indikator mutu mengajar dapat pula dilihat dalam dokumen perencanaan mengajar, catatan khusus siswa bermasalah, program pengayaan, analisis tes hasil belajar, dan sistem informasi kemajuan/prestasi belajar siswa.
b.    Kelancaran layanan belajar mengajar, sesuai dengan jadwal layanan belajar mengajar merupakan “core bussiness” sekolah. Bagaimana kelancaran layanan tersebut, sesuai dengan jadwal yang telah disusun merupakan indikator penting kinerja manajemen sekolah efektif. Adanya gejala “kelas bebas” karena guru tidak masuk kelas atau para siswa tidak belajar disebabkan oleh interupsi rapat sekolah atau kegiatan lainnya, merupakan keadaan yang tidak boleh dianggap wajar.
c.    Umpan balik yang diterima siswa, Siswa sepatutnya memperoleh umpan balik yang menyangkut mutu pekerjaannya, seperti hasil ulangan, ujian atau tugas-tugas yang telah dilakukannya.
d.   Layanan keseharian guru terhadap siswa, Untuk kepentingan pengajaran atau hal lainnya, murid memerlukan menemui gurunya untuk berkonsultasi. Kesediaan guru untuk melayani konsultasi siswa sangat penting untuk mengatasi kesulitasn belajar.
e.    Kepuasan siswa terhadap layanan mengajar guru, siswa merupakan costumer primer di sekolah, dan oleh karenanya mereka sepatutnya mendapatkan kepuasan atas setiap layanan yang ia terima di sekolah.
f.     Kenyamanan ruang kelas, ruang kelas yang baik memenuhi kriteria ventilasi, tata cahaya, kebersihan, kerapihan, dan keindahan akan membuat para penghuninya merasa nyaman dan aman berada di dalamnya.
g.    Ketersediaan fasilitas belajar, sekolah memiliki kewajiban menyediakan setiap fasilitas yang mendukung implementasi kurikulum, seperti laboratorium, perpustakaan fasilitas olah raga dan kesenian, dan fasilitas lainnya untuk pengembangan aspek-aspek kepribadian.
h.    Kesempatan siswa menggunakan berbagai fasilitas sekolah, sesungguhnya sekolah diartikan untuk melayani para siswa yang belajar dan oleh karenanya para siswa hendak diperlukan sebagai pihak yang harus menikmati penggunaan setiap fasilitas yang tersedia di sekolah, seperti fasilitas olah raga, kesenian dalam segala bentuknya,ruang serba guna, kafteria, mushola, laboratorium, perpustakaan, komputer, internet dan lain sebagainya.
2.      Pengelolaan dan Layanan Siswa
                        Seperti telah diungkapkan terdahulu, siswa adalah costumer primer layanan pendidikan. Sebagai costumer, para siswa sepatutnya memperoleh kepuasan. Kepuasan tersebut menyangkut;
1)   mutu layanan yang berkaitan dengan kegiatan belajarnya,
2)   mutu layanan dalam menjalani tugas-tugas perkembangan pribadinya, sehingga mereka lebih memahami realitas dirinya dan dapat mengatasi sendiri persoalan-persoalan yang dihadapinya
3)   pemenuhan kebutuhan kemanusiannya (dari kebutuhan dasar, rasa aman, penghargaan, pengakuan dan aktualisasi diri).
Untuk menjamin layanan tersebut, sekolah yang efektif akan menyediakan layanan bimbingan konseling dan sistem informasi yang menunjang. Demikian pula layanan untuk mememuhi bakat dan minat anak dalam bentuk pengembangan program-program extra kurikuler mendapat perhatian yang berarti. Dalam kondisi seperti disebutkan, sekolah yang efektif memiliki siswa yang disiplin dengan motivasi belajar yang tinggi.

3.         Sarana dan prasarana sekolah
Sarana dan prasarana atau disebut sebagai fasilitas sekolah mencakup, gedung, lahan dan peralatan pelajaran. Aspek penting dari gedung tersebut adalah kualitas fisik dan kenyamanan ruang kelas di mana “core bussiness” pendidikan di sekolah diselenggarakan. Aspek lain dari gedung adalah kualitas fisik dan kenyamanan ruang manajemen (ruang kerja kepala sekolah dan layanan administratif), ruang kerja guru, ruang kebersamaan (common room), dan fasilitas gedung lainnya seperti kafetaria, toilet, dan ruang pentas. Lahan sekolah yang baik ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan kenyamanan bagi penghuninya. Sekolah yang efektif seperti buku-buku pelajaran dan sumber belajar lainnya yang relevan, alat-alat pelajaran dan peraga yang mendukung kurikulum sekolah sangat diperhatikan. Seluruhnya peralatan pengajaran tersebut, digunakan secara optimal sesuai dengan fungsi-fungsinya.

4.         Program dan pembiayaan
Sekolah yang efektif memiliki perencanaan strategik dan tahunan yang dipatuhi dan diketahui oleh masyarakat sekolah. Kepemilikan perencanaan strategik sekolah membantu mengarahkan dinamika orientasi sekolah yang dibimbing visi, misi, kejelasan prioritas program, sasaran dan indikator keberhasilannya. Perencanaan tahunan merupakan penjabaran dari perencanaan strategik yang berisi program-program berisi program-program operasional sekolah. Program-program tersebut, didukung oleh pembiayaan yang memadai dengan sumber-sumber anggaran yang andal dan permanen. Kebijakan dan keputusan yang menyangkut pengembangan sekolah tersebut dilakukan dengan memperhatikan partisipatif staf dan anggota masyarakat sekolah (dewan/komite sekolah). Dalam kondisi seperti itu akuntabilitas kelembagaan sekolah, baik yang dilakukan melalui“self-assessment/ internal monitoring, maupun melalui “external evaluation” akan berkembang secara sehat karena semua fihak yang berkepentingan (stakeholder) mendapat tempatnya dalam setiap aspek pengembangan sekolah.

5.         Hubungan dan partisipasi masyarakat
Humas / Publik Relation adalah mediator yang berada di antara pimpinan organisasi dengan publiknya. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa aktivitas humas adalah mengelola komunikasi antara organisasi dengan publiknya. Ruslan juga memberi definisi tentang publik relation sebagai berikut.
Publik relation adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama; melibatkan manajemen dalam menghadapi persoalan/ permasalahan, membantu manajemen untuk menghadapai opini publik, mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dn etis sebagi sarana utama.
Dapat disimpulkan bahwa humas/publik relation adalah aktivitas yang menghubungkan antara organisasi dengan masyarakat (public) demi tercapaianya tujuan organisasi dan harapan masyarakat dengan produk yang dihasilkan.
Berakar dari uaraian diatas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa humas memiliki Tujuan yaitu :[9]
a.       Meningkatkan partisipasi, dukungan, dan bantuan secara konkret dari masyarakat baik berupa tenaga, sarana prasaran maupun dana demi kelancaran dan tercapainya tujuan pendidikan.
b.      Menimbulkan dan membangkitkan rasa tanggung jawab yang lebih besar pada masyarakat terhadap kelangsungan program pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien.
c.       Mengikutsertakan masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sekolah.
d.      Menegakkan dan mengembangkan suatu citra yang menguntungkan (favorable image) bagi sekolah terhadap para stakeholdernya dengan sasaran yang terkait, yaitu piblik internal dan publik eksternal.
e.       Membuka kesempatan yang lebih luas kepada para pemakai produk/lulusan dan pihak-pihak yang terkait untuk partisipasi dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Selanjutnya adalah Prinsip-prinsip humas menurut Fasli Jalal dan Dedy Supriyadi yaitu disingkat dengan istilah “ TEAM WORK”.
T = Together (bersama-sama), antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya bisa bekerja sama dalam organisasi agar dapat mencapai tujuan orgaisasi secara efektif dan efisien.
E = Emphaty (pandai merasakan perasaan orang lain), menjaga perasaan orang lain dengan selalu menghargai pendapat dan hasil kerja orang lain. Menjaga untuk tidak membuat orang lain tersinggung.
A = Assist (saling membantu), ringan tangan untuk membantu pekerjaan orang lain dalam organisasi sehingga dapat nmenghindarkan persaingan negatif.
M = Maturity (saling penuh kedewasaan), dewasa dalam menghadapi permasalahan, bisa mengendalikan diri dari emosi sehingga dapat mengatasi masalah secara baik dan menguntungkan bersama.
W = Willingness (saling mematuhi), menjunjung keputusan bersama dengan mematuhi aturan-aturan sebagai hasil kesepakatan bersama.
O = Organization (saling teratur), bekerja sesuai dengan aturan main yang ada dalam organisasi dan sesuai dengan tugas serta kewajiban masing-masing anggota.
R = Respect (saling menghormati), menghormati antara satu dengan yang lainnya, menghormati dari yang muda dengan yang lebih tua begitu sebaliknya, dari yang lebih tua dengan yang lebih muda sehingga bisa menjaga kekompakan kerja.
K = Kindness (saling berbaik hati), bersabar, menyikapi orang lain secara baik.
Adapun pembahasan selanjutnya yaitu terdapat tiga fungsi utama humas (public relation) yaitu:
1)        memberikan penerangan kepada masyarakat.
2)        melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung.
3)        berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya.
Selanjutnya, fungsi humas menurut pakar humas Internasional, Cutlip & Centre, and Canfield dirumuskan sebagai berikut.
a)        Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama.
b)        Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasran.
c)        Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi, dan tanggapan masyarakat terhadap badan/ organisasi yang diwakilinya, atau sebaliknya.
d)       Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan demi tujuan dan manfaat bersama.
e)        Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur informasi, publikasi serta pesan dari badan/ organisasi ke publiknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.
Dua pendapat tentang fungsi humas di atas dapat disimpulkan sebagai yang pertama yaitu Agen pembaharuan, kedua Wadah kerja sama, Ketiga Penyalur aspirasi, Keempat Pemberi informasi.
Di samping memberdayakan secara optimal staf yang dimilikinya, sekolah yang efektif akan menaruh perhatian yang sungguh-sungguh pula terhadap pemberdayaan masyarakat sekolah. Hal itu akan diwujudkan dengan cara menyediakan wadah yang memungkinkan mereka, yaitu pihak-pihak yang berkepentingan, ikut terlibat dalam memikirkan, membahas, membuat keputusan, dan mengontrol pelaksanaan sekolah. Wadah seperti itu, dalam penyelenggaraan sekolah-sekolah di Australia dikenal sebagai “school council”, yang di Indonesia diusulkan komite sekolah, orang tua murid, anggota masyarakat setempat (seperti tokoh agama, pengusaha, petani sukses, cendikiawan, politikus, dan sejenisnya),dan refresentatif staf dari Depdiknas setempat.

6.         Budaya sekolah
Budaya sekolah merupakan tatanan nilai, kebiasaan, kesepakatan-kesepakatan yang direfleksikan dalam tingkah laku keseharian, baik perorangan maupun kelompok. Budaya sekolah dapat diartikan sebagai respon psikologis penghuni sekolah terhadap peristiwa kehidupan keseharian yang terjadi di sekolah. Budaya sekolah akan berpengaruh terhadap pencapaian misi sekolah apabila melahirkan respon psikologis yang postif dan menyenangkan bagi sebagian besar atau seluruh penghuni sekolah. Sebaliknya, budaya sekolah bersifat destruktif apabila melahirkan respon yang negatif atau kurang menyenangkan bagi sebagian besar atau seluruh penghuni sekolah. Budaya sekolah dalam pengertian ini sering diartikan sama dengan iklim sekolah, yaitu suasana kehidupan keseharian yang berlangsung di sekolah yang memberi pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap respon psikologis para penghuninya.[10]
Uraian tersebut, memperkuat pemahaman bahwa sekolah sebagai institusi yang mempersiapkan sumber daya manusia unggul sudah selayaknya mempunyai kekuatan-kekuatan yang didukung indikator yang terukur termasuk masalah efektivitas. Efektivitas organisasi termasuk lembaga pendidikan, sangat erat kaitannya dengan kinerja organisasi itu sendiri, yang dibangun oleh kekuatan personil, kelompok dan organisasi secara totalitas.
Dengan demikian, konsep sekolah unggul adalah sekolah yang mampu mengerahkan segala sumber daya sekolah melalui tindakan yang rasional dan sistematik yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan tindakan, dan pengendalian sehingga sekolah tersebut mampu menjadi “adaptive schools” yang mampu menangani permasalahan yang dihadapi dan mampu menunjukkan kapabilitasnya dalam merenovasi sehingga sekolah memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya sehingga menghasilkan pendidikan yang bermutu baik dalam kuantitas maupun kualitas.
Sekolah unggul dipersepsi oleh masyarakat secara berbeda. Ada yang mempersepsi sekolah unggul adalah sekolah yang mahal. Sebagian masyarakat memahami sekolah unggul adalah sekolah yang dengan fasilitas yang mewah dan lengkap. Keunggulan sekolah terkadang juga diukur dengan kemampuan akademis. Bahkan, kenyataan di lapangan, sekolah diakui sebagai sekolah unggulan jika memiliki legitimasi dari pemerintah bukan atas inisiatif masyarakat atau pengakuan masyarakat. Sehingga penetapan sekolah unggulan cenderung bermuatan politis dari pada muatan edukatifnya. Pemerintah telah mengucurkan dana untuk mengembangkan sekolah unggulan.
Karakter utama apa yang paling utama yang harus dimiliki oleh sekolah unggul tersebut agar dapat bermakna dengan tujuan dan target yang jelas, sehingga dapat menghasilkan dan meningkatkan mutu pendidikan Islam yang diharapkan, serta dapat mengarah pada terwujudnya modernisasi system pendidikan Islam. Memang tidak mudah merumuskan konsep sekolah unggul.[11]
Tiga hal mendasar yang dapat dijadikan membingkai konsep sekolah unggul adalah:[12]
a.    Sekolah unggul sebagaimana dikemukakan oleh Burhanuddin Tola dan Furqon adalah sekolah yang memiliki kemampuan mengarahkan sumber daya sekolah melalui tindakan yang rasional dan sistematik yang mencakup  perencanaan, pengorganisasian, pengarahan tindakan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan sekolah yang meliputi
1)        layanan belajar bagi siswa
2)        pengelolaan dan layanan siswa
3)        sarana dan prasarana,
4)        program pembiayaan,
5)        melibatkan partisipasi masyarakat,
6)        budaya sekolah yang unggul.
Seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal. Berati tenaga administrasi, pengembang kurikulum di sekolah, kepala sekolah, dan penjaga sekolah pun harus dilibatkan secara aktif. Karena semua sumber daya tersebut akan menciptakan iklim sekolah yang mempu membentuk keunggulan sekolah.
Sekolah unggul adalah sekolah yang dikelola secara profesional dengan memaksimalkan partisipasi semua stakeholder sekolah, didukung kepemimpinan yang kuat, memiliki budaya sekolah yang kuat, mengutamakan pelayanan pada siswa, menghargasi prestasi setiap siswa sesuai dengan potensi masing-masing, dan terpenuhinya harapan siswa.
b.      Sekolah unggul adalah sekolah yang memaksimalkan fungsi dari mutu input peserta didik, mutu kemampuan profesional guru, mutu penggunaan fasilitas belajar, dan budaya sekolah sehingga menghasilkan pendidikan yang bermutu baik dalam nuansa kuantitatif maupun kualitatif. Sekolah unggul adalah sekolah yang bermutu yang berhasil menciptakan prestasi tinggi bagi siswanya.
                        Prestasi yang diharapkan dicapai oleh siswa-siswa sekolah unggul bukan hanya prestasi akademis saja yang ditumbuh-kembangkan. Profil sekolah unggulan tidak bisa hanya dilihat dari karakteristik prestasi yang tinggi berupa nilai UN melainkan  juga potensi psikis, fisik, etik, moral, religi, emosi, spirit, adversity dan intelegensi.[13]
Sekolah unggul dalam arti sekolah bermutu adalah
1)        sekolah yang mampu mengembangkan potensi siswa secara maksimal. Sekolah unggul bukanlah sekolah yang menerapkan standar mutu input siswa yang tinggi karena akan melahirkan lulusan yang bermutu tinggi. Adalah sesuatu yang biasa-biasa saja apabila sekolah menyeleksi siswa yang bermutu tinggi pada akhirnya meluluskan out put yang bermutu tinggi pula. Tetapi, keunggulan sekolah seharusnya diukur dari tingkat kemampuan sekolah mengembangkan segala potensi siswa menjadi output yang berkualitas unggul dalam segala bidang, baik akademik, fisik, etik, moral, emosi, dan adversity,
2)        sekolah yang memiliki kemampuan merancang kurikulum yang bagus sehingga mampu memberikan layanan pembelajaran yang bermutu,
3)        Sekolah yang didukung tenaga guru dan kependidikan yang handal
4)        sekolah yang memiliki kemampuan menciptakan budaya sekolah yang kondusif sebagai refleksi dari kinerja kepemimpinan profesional.
                 sekolah yang mampu mewujudkan sebagai self renewing school” atau “adaptive schools” atau disebut juga sebagai “learning organization”, yaitu suatu kondisi sekolah sebagai entitas yang mampu menangani permasalahan yang dihadapi dan mampu menunjukkan kapabilitasnya dalam merenovasi sehingga  sekolah memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi di sekitanya atau “the adaptive organism” untuk mampu beradaptasi terus menerus.
                

IV.              PENUTUP
A.      Administrasi sekolah adalah pengaturan dan pendayagunaan segenap sumber daya secara efektif dan efisien dalam upaya  tercapainya tujuan  secara optimal. sebagai seni untuk menyelesaikan sesuatu. administrasi sekolah yang antara lain meliputi empat hal, yaitu:
1.      administrasi peserta didik,
2.      administrasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, serta struksut organisasinya,
3.      administrasi keuangan,
4.      adminsitrasi sarana prasaran,
5.      administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat,
6.      adminiatrasi layanan khusus (bimbingan konseling, unit kesehatan siswa, unit koperasi sekolah, dan kegiatan ekstra kurikuler.

B.       Budaya sekolah yang efektif dan efisien dalam perspektif manajemen, merupakan proses pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik (mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan tindakan, dan pengendalian) untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Selanjutnya jika dilihat dalam perspektif ini, dimensi dan indikator sekolah efektif dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.      Layanan Belajar Bagi Siswa
2.      Pengelolaan dan Layanan Siswa
3.      Sarana dan prasarana sekolah
4.      Program dan pembiayaan
5.      Hubungan dan partisipasi masyarakat
6.      Budaya sekolah





V.              DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Supandi. 1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama Universitas Terbuka.

Sutomo, dkk. Manajemen Sekolah. Semarang : UPT MKK Universitas Negeri Semarang.

http://www.sekolahdasar.net/2010/07/pengertian-administrsi-sekolah.html,

http://sman11jkt.sch.id/menu-2/sas.html,

http://lailymyblog.blogspot.com/2008/01/sekolah.html#!/2008/01/sekolah.html

http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/07/membangun-budaya-prestasi-melalui.html,

http://www.sekolahdasar.net/2010/08/administrasi-hubungan-sekolah-dengan.html,

http://chrisna.blogdetik.com/2009/01/28/membangun-budaya-sekolah-sebuah-upaya-untuk-meningkatkan-kinerja-sekolah/,
 
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2250585-konsep-madrasah-unggulan/#ixzz1woUCWzjM,


[1] Sutomo, dkk. Manajemen Sekolah. Semarang : UPT MKK Universitas Negeri Semarang.hal,. 6.
[2] Ibid., hal 7.
[3] http://www.sekolahdasar.net/2010/07/pengertian-administrsi-sekolah.html, diakses pada tanggal 1 juni 2012.
[4] http://sman11jkt.sch.id/menu-2/sas.html, diakses pada tanggal 1 juni 2012.
[5] http://laily-myblog.blogspot.com/2008/01/sekolah.html#!/2008/01/sekolah.html, diakses pada tanggal 1 juni 2012.
[6] Purwanto, Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Hal. 45.
[7] Ibid, hal,.47.
[8] http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/07/membangun-budaya-prestasi-melalui.html, diakses pada tanggal 1 juni 2012.
[9] http://www.sekolahdasar.net/2010/08/administrasi-hubungan-sekolah-dengan.html, diakses pada tanggal 1 juni 2012.
[10] http://chrisna.blogdetik.com/2009/01/28/membangun-budaya-sekolah-sebuah-upaya-untuk-meningkatkan-kinerja-sekolah/, diakses pada tanggal 1 juni 2012.
[11] Supandi. 1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama Universitas Terbuka. Hal,. 65.
[12] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2250585-konsep-madrasah-unggulan/#ixzz1woUCWzjM, diakses pada tanggal 1 juni 2012.
[13] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2250585-konsep-madrasah-unggulan/#ixzz1woUCWzjM, diakses pada tanggal 1 juni 2012.

No comments:

Post a Comment