I.
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan instansi pendidikan
yang berintregitas antara komponen yang satu dengan yang lain. Salah satu
komponen pendukung yang penting dalam instansi pendidikan, dalam hal ini
sekolah adalah tenaga administrasi. Peran dari tenaga administrasi sekolah
sangatlah penting dalam mendukung kesuksesan dan kelancaran tata administrasi
sekolah.Di dalam menangani tata adminsitrasi sekolah dibutuhkan suatu keahlian
dan kemampuan yang cukup dalam bidang administrasi. Oleh karena itu sumberdaya
manusia dalam hal ini tenaga administrasi menjadi komponen yang penting dalam suatu
sekolah.
Berkenaan dengan hal itu semua, peran
dari tenaga dalam hal ini sumberdaya manusia di dalam memperlancar tata
administrasi sekolah sangatlah penting, serta tidak bisa dipisahkan antara
komponen yang satu dengan yang lain. Di samping itu, dibutuhkan suatu keahlian
juga ketrampilan di dalam menangani urusan tata administrasi sekolah
tersebut.Maka dari itu itu sangat diperlukan tenaga tata administrasi yang
terampil, handal, serta faham akan job diskripsinya.
Masih kurang dan rendahnya kompetensi
yang dimiliki tenaga tata administrasi sekolah menjadi sebuah fenomena yang
perlu dituntaskan dengan segera. Karena peran dari tenaga tata adminstrasi di
dalam sebuah sekolah diibaratkan sebagai sebuah nyawa yang bergantung pada
bentuk fisiknya.Untuk itu penulis akan mengkaji tentang “Meningkatkan Budaya
Prestasi Dengan Administrasi Sekolah Yang Efektif Dan Efisien “
II.
RUMUSAN MASALAH
Dari uraian
tersebut maka pemakalah mengambil inti
permasalahan yang harus di pecahkan yaitu :
A.
Apa
yang di sebut administrasi itu ?
B.
Bagaimana
administrasi sekolah itu ?
C.
Bagaimana
supaya tercipta budaya prestasi yang efektif dan efisien dengan mngembangkan
administrasi sekolah ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertiaan administrasi sekolah .
Secara etimologi (asal usul kata) kata administrasi kata
administrasi berasal dari bahasa Latin, ad + ministrare. Ad bearti intensif,
sedangkan ministrare berarti melayani, membantu, dan memenuhi. Administrare
adalah kata kerja, sedangkan kata bendanya adalah administratio dan kata
sifatnya adalah administrativus. Administratio diterjemahkan dalam bahasa
Inggris menjadi administration, dalam bahasa Belanda menjadi administratie, dan
dalam bahasa Indosenia menjadi administrasi. Jadi, administrare berarti
melayani secara intensif. [1] Adminstrasi dapat ditafsirkan
sebagai seni untuk menyelesaikan sesuatu. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa
kegiatan adminsitrasi tekanannya diletakkan pada proses dan metode untuk
menjamin adanya suatu tindakan yang tepat. Kegiatan administratif adalah
kegiatan kelompok, dan upaya untuk merencanakan dan melaksanakan suatu kegiatan
sehingga berjalan lancar disebur proses administrative Administrasi dapat
dipandang sebagai proses dan dapat pula dipandang sebagai tugas (kewajiban). [2]
Administrasi sebagai
proses sama dengan adminstrasi dalam arti luas. Adminsitrasi sebagai tugas
(kewajiban) dalam konteks pendidikan disebut juga administrasi sekolah yang
antara lain meliputi empat hal, yaitu: 1) administrasi peserta didik, 2)
administrasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, serta struksut
organisasinya, 3) administrasi keuangan, 4) adminsitrasi sarana prasaran, 5)
administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat, 6) adminiatrasi layanan khusus
(bimbingan konseling, unit kesehatan siswa, unit koperasi sekolah, dan kegiatan
ekstra kurikuler. [3]
Jadi, dapat disimpulkan
bahwa administrasi adalah pengaturan dan pendayagunaan segenap sumber daya
secara efektif dan efisien dalam upaya tercapainya tujuan secara optimal.
Sistem Administrasi Sekolah adalah produk Dinas Pendidikan Provinsi
DKI Jakarta dengan tujuan penyeragaman pengolahan data nilai dan bentuk laporan
(raport) yang sama pada setiap sekolah di SMA DKI. Disamping itu SAS juga
sangat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan keputusan dan
beberapa kepentingan lain dalam pengolahan data sekolah. Dari kemunculannya
sejak tahun 2005 yang kala itu SAS masih dibangun dengan aplikasi Visual
Basic.Net, lalu beberapa tahun kemudian lahir SAS Online yang hingga saat ini
masih dipergunakan oleh semua sekolah di Provinsi DKI Jakarta.
Saat ini SMA Negeri 11
Jakarta sudah memanfaatkan SAS Buffer sejak Tahun 2009 dengan perkiraan biaya
yang sudah dikeluarkan sebesar Rp 28 jutaan, dengan aplikasi ini sekolah dapat
:[4]
1.
Mengelola
data kelas
2.
Mengelola
data pribadi siswa
3.
Mengelola
data orang tua/wali
4.
Mengelola
data guru dan pegawai
5.
Mengelola
data kehadiran dan kepribadian siswa
6.
Mengelola
data SK, KD, dan Indikator pembelajaran
7.
Mengelola
data KKM
8.
Mengelola
data Tagihan/Ujian Formatif dan Sumatif
9.
Mengelola
datanilai kompetensi hasil belajar
10.
Mengelola
data nilai ektrakurikuler
11.
Menyajikan
data prestasi siswa
12.
Menyajikan
data rekap nilai (Summary)
13.
Membuat
raport
14.
Menyajikan
administrasi guru
15.
Menyajikan
laporan-laporan data-data sekolah
Dengan menggunakan SAS
Buffer guru dapat mengakses aplikasi ini dengan lebih cepat, efesien, dan lebih
mudah karena diakses tidak melalu server SAS Online, tetapi melalui server SAS
yang berada di sekolah.
Pentingnya administrasi
dalam sebuah instansi menjadikan bagian yang penting dalam roda tata
administrasi sekolah. Administrasi itu sendiri merupakan sebuah upaya
menjadikan kegiatan dan kerjasama anggota organisasi serta komponen – komponen
lainnya menjadi efektif dan efisien. Tanpa disadari manusia selalu dikaitkan
dan dibingungkan dengan prosedur masalah administrasi, karena tata administrasi
itu sendiri berhubungan dengan sebuah “purpose”, cara – cara individu bekerja,
serta pemanfaatan sumber – sumber yang ada secara efektif dan efisien.[5]
B.
Menciptakan budaya prestasi melalui administrasi sekolah yang
efektif dan efisien.
Efektivitas dan
efisiensi merupakan indikator dari produktivitas. Efektivitas mengacu kepada
pencapaian target secara kuantitas dan kualitas suatu sasaran program. Makin
besar persentase target suatu program yang tercapai makin tinggi tingkat
efektivitasnya. Efektivitas berkaitan dengan kualitas, sedangkan efisiensi
merupakan refleksi hubungan antara output dan input yang bersifat kuantitas.
Efisiensi berkaitan dengan besarnya input untuk menghasilkan output dan
besarnya tingkat pemborosan. Efektivitas merupakan refleksi kemampuan untuk
mempengaruhi terjadinya suatu produk. Keefektivitasan menunjukkan besarnya
pengaruh terhadap suatu proses produksi. “Effectiveness=quantityxquality, and
if either is zero there is no effectiveness”. (Holzer and Nagel, 1984). Jadi
keefektivitan suatu usaha secara implisit mengandung makna kuantitas dan
kualitas.[6]
Achmad Sanusi (1988)
dalam Sistem Manajemen Pendidikan di Indonesia, efektivitas menekankan kepada
relevansi dan adaptabilitas suatu keputusan dalam rencana dan program terhadap
dinamika nilai-nilai dalam hubungan interpersonal pegawai serta lingkungan
budayanya. Efisiensi diartikan sebagai bentuk upaya untuk mengukur dan menguji
secara empiris hubungan antara input dan output. Dari sisi produk efisiensi
terjadi apabila biaya yang dikeluarkan minimal dan mendatangkan keuntungan yang
sepadan. Efisiensi menunjukkan secara tegas garis pembatas antara sejumlah
biaya maksimum untuk membiayai beberapa input secara kuantitas dan proporsional
sehingga menghasilkan sejumlah output menurut standar mutu yang telah
ditetapkan.[7]
Djam’an Satori (2000)
mengemukakan sekolah efektif dalam perspektif manajemen, merupakan proses
pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang
rasional dan sistematik (mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
tindakan, dan pengendalian) untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan
efisien. Selanjutnya jika dilihat dalam perspektif ini, dimensi dan indikator
sekolah efektif dapat dijabarkan sebagai berikut :[8]
1.
Layanan
Belajar Bagi Siswa
Dimensi ini mencakup seluruh kegiatan yang ditujukan untuk
menciptakan mutu pengalaman belajar. Yang menjadi indikator mutu layanan adalah
:
a.
Mutu
mengajar guru, aspek ini merupakan refleksi dari kinerja profesional guru yang
ditunjukan dalam penguasaan bahan ajar, metode dan teknik mengajar untuk
mengembangkan interkasi dan suasana belajar mengajar yang menyenangkan,
pemanfaatan fasilitas dan sumber belajar, melaksanakan evaluasi hasil belajar.
Indikator mutu mengajar dapat pula dilihat dalam dokumen perencanaan mengajar,
catatan khusus siswa bermasalah, program pengayaan, analisis tes hasil belajar,
dan sistem informasi kemajuan/prestasi belajar siswa.
b.
Kelancaran
layanan belajar mengajar, sesuai dengan jadwal layanan belajar mengajar
merupakan “core bussiness” sekolah. Bagaimana kelancaran layanan tersebut,
sesuai dengan jadwal yang telah disusun merupakan indikator penting kinerja
manajemen sekolah efektif. Adanya gejala “kelas bebas” karena guru tidak masuk
kelas atau para siswa tidak belajar disebabkan oleh interupsi rapat sekolah
atau kegiatan lainnya, merupakan keadaan yang tidak boleh dianggap wajar.
c.
Umpan
balik yang diterima siswa, Siswa sepatutnya memperoleh umpan balik yang
menyangkut mutu pekerjaannya, seperti hasil ulangan, ujian atau tugas-tugas
yang telah dilakukannya.
d.
Layanan
keseharian guru terhadap siswa, Untuk kepentingan pengajaran atau hal lainnya,
murid memerlukan menemui gurunya untuk berkonsultasi. Kesediaan guru untuk
melayani konsultasi siswa sangat penting untuk mengatasi kesulitasn belajar.
e.
Kepuasan
siswa terhadap layanan mengajar guru, siswa merupakan costumer primer di
sekolah, dan oleh karenanya mereka sepatutnya mendapatkan kepuasan atas setiap
layanan yang ia terima di sekolah.
f.
Kenyamanan
ruang kelas, ruang kelas yang baik memenuhi kriteria ventilasi, tata cahaya,
kebersihan, kerapihan, dan keindahan akan membuat para penghuninya merasa
nyaman dan aman berada di dalamnya.
g.
Ketersediaan
fasilitas belajar, sekolah memiliki kewajiban menyediakan setiap fasilitas yang
mendukung implementasi kurikulum, seperti laboratorium, perpustakaan fasilitas
olah raga dan kesenian, dan fasilitas lainnya untuk pengembangan aspek-aspek
kepribadian.
h.
Kesempatan
siswa menggunakan berbagai fasilitas sekolah, sesungguhnya sekolah diartikan
untuk melayani para siswa yang belajar dan oleh karenanya para siswa hendak
diperlukan sebagai pihak yang harus menikmati penggunaan setiap fasilitas yang
tersedia di sekolah, seperti fasilitas olah raga, kesenian dalam segala
bentuknya,ruang serba guna, kafteria, mushola, laboratorium, perpustakaan,
komputer, internet dan lain sebagainya.
2.
Pengelolaan
dan Layanan Siswa
Seperti telah
diungkapkan terdahulu, siswa adalah costumer primer layanan pendidikan. Sebagai
costumer, para siswa sepatutnya memperoleh kepuasan. Kepuasan tersebut
menyangkut;
1)
mutu
layanan yang berkaitan dengan kegiatan belajarnya,
2)
mutu
layanan dalam menjalani tugas-tugas perkembangan pribadinya, sehingga mereka
lebih memahami realitas dirinya dan dapat mengatasi sendiri persoalan-persoalan
yang dihadapinya
3)
pemenuhan
kebutuhan kemanusiannya (dari kebutuhan dasar, rasa aman, penghargaan,
pengakuan dan aktualisasi diri).
Untuk menjamin
layanan tersebut, sekolah yang efektif akan menyediakan layanan bimbingan
konseling dan sistem informasi yang menunjang. Demikian pula layanan untuk
mememuhi bakat dan minat anak dalam bentuk pengembangan program-program extra
kurikuler mendapat perhatian yang berarti. Dalam kondisi seperti disebutkan,
sekolah yang efektif memiliki siswa yang disiplin dengan motivasi belajar yang
tinggi.
3.
Sarana
dan prasarana sekolah
Sarana dan prasarana atau disebut sebagai fasilitas sekolah
mencakup, gedung, lahan dan peralatan pelajaran. Aspek penting dari gedung
tersebut adalah kualitas fisik dan kenyamanan ruang kelas di mana “core
bussiness” pendidikan di sekolah diselenggarakan. Aspek lain dari gedung adalah
kualitas fisik dan kenyamanan ruang manajemen (ruang kerja kepala sekolah dan
layanan administratif), ruang kerja guru, ruang kebersamaan (common room), dan
fasilitas gedung lainnya seperti kafetaria, toilet, dan ruang pentas. Lahan
sekolah yang baik ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan kenyamanan bagi
penghuninya. Sekolah yang efektif seperti buku-buku pelajaran dan sumber
belajar lainnya yang relevan, alat-alat pelajaran dan peraga yang mendukung
kurikulum sekolah sangat diperhatikan. Seluruhnya peralatan pengajaran
tersebut, digunakan secara optimal sesuai dengan fungsi-fungsinya.
4.
Program
dan pembiayaan
Sekolah yang efektif memiliki perencanaan strategik dan tahunan
yang dipatuhi dan diketahui oleh masyarakat sekolah. Kepemilikan perencanaan
strategik sekolah membantu mengarahkan dinamika orientasi sekolah yang
dibimbing visi, misi, kejelasan prioritas program, sasaran dan indikator
keberhasilannya. Perencanaan tahunan merupakan penjabaran dari perencanaan
strategik yang berisi program-program berisi program-program operasional
sekolah. Program-program tersebut, didukung oleh pembiayaan yang memadai dengan
sumber-sumber anggaran yang andal dan permanen. Kebijakan dan keputusan yang
menyangkut pengembangan sekolah tersebut dilakukan dengan memperhatikan
partisipatif staf dan anggota masyarakat sekolah (dewan/komite sekolah). Dalam
kondisi seperti itu akuntabilitas kelembagaan sekolah, baik yang dilakukan
melalui“self-assessment/ internal monitoring, maupun melalui “external
evaluation” akan berkembang secara sehat karena semua fihak yang berkepentingan
(stakeholder) mendapat tempatnya dalam setiap aspek pengembangan sekolah.
5.
Hubungan
dan partisipasi masyarakat
Humas / Publik Relation adalah mediator yang berada di antara
pimpinan organisasi dengan publiknya. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa
aktivitas humas adalah mengelola komunikasi antara organisasi dengan publiknya.
Ruslan juga memberi definisi tentang publik relation sebagai berikut.
Publik relation adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung
pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya,
menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama; melibatkan
manajemen dalam menghadapi persoalan/ permasalahan, membantu manajemen untuk
menghadapai opini publik, mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan
perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam
mengantisipasi kecenderungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang
sehat dn etis sebagi sarana utama.
Dapat disimpulkan bahwa humas/publik relation adalah aktivitas yang
menghubungkan antara organisasi dengan masyarakat (public) demi tercapaianya
tujuan organisasi dan harapan masyarakat dengan produk yang dihasilkan.
Berakar dari
uaraian diatas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa humas memiliki Tujuan yaitu
:[9]
a.
Meningkatkan
partisipasi, dukungan, dan bantuan secara konkret dari masyarakat baik berupa
tenaga, sarana prasaran maupun dana demi kelancaran dan tercapainya tujuan
pendidikan.
b.
Menimbulkan
dan membangkitkan rasa tanggung jawab yang lebih besar pada masyarakat terhadap
kelangsungan program pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien.
c.
Mengikutsertakan
masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sekolah.
d.
Menegakkan
dan mengembangkan suatu citra yang menguntungkan (favorable image) bagi sekolah
terhadap para stakeholdernya dengan sasaran yang terkait, yaitu piblik internal
dan publik eksternal.
e.
Membuka
kesempatan yang lebih luas kepada para pemakai produk/lulusan dan pihak-pihak
yang terkait untuk partisipasi dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Selanjutnya
adalah Prinsip-prinsip humas menurut Fasli Jalal dan Dedy Supriyadi yaitu disingkat
dengan istilah “ TEAM WORK”.
T = Together
(bersama-sama), antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya bisa
bekerja sama dalam organisasi agar dapat mencapai tujuan orgaisasi secara
efektif dan efisien.
E =
Emphaty (pandai merasakan perasaan orang lain), menjaga perasaan orang lain
dengan selalu menghargai pendapat dan hasil kerja orang lain. Menjaga untuk
tidak membuat orang lain tersinggung.
A =
Assist (saling membantu), ringan tangan untuk membantu pekerjaan orang lain
dalam organisasi sehingga dapat nmenghindarkan persaingan negatif.
M =
Maturity (saling penuh kedewasaan), dewasa dalam menghadapi permasalahan, bisa
mengendalikan diri dari emosi sehingga dapat mengatasi masalah secara baik dan
menguntungkan bersama.
W =
Willingness (saling mematuhi), menjunjung keputusan bersama dengan mematuhi
aturan-aturan sebagai hasil kesepakatan bersama.
O =
Organization (saling teratur), bekerja sesuai dengan aturan main yang ada dalam
organisasi dan sesuai dengan tugas serta kewajiban masing-masing anggota.
R = Respect
(saling menghormati), menghormati antara satu dengan yang lainnya, menghormati
dari yang muda dengan yang lebih tua begitu sebaliknya, dari yang lebih tua
dengan yang lebih muda sehingga bisa menjaga kekompakan kerja.
K =
Kindness (saling berbaik hati), bersabar, menyikapi orang lain secara baik.
Adapun
pembahasan selanjutnya yaitu terdapat tiga fungsi utama humas (public relation)
yaitu:
1)
memberikan
penerangan kepada masyarakat.
2)
melakukan
persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung.
3)
berupaya
untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan
sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya.
Selanjutnya,
fungsi humas menurut pakar humas Internasional, Cutlip & Centre, and
Canfield dirumuskan sebagai berikut.
a)
Menunjang
aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama.
b)
Membina
hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan
khalayak sasran.
c)
Mengidentifikasi
segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi, dan tanggapan masyarakat
terhadap badan/ organisasi yang diwakilinya, atau sebaliknya.
d)
Melayani
keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan demi tujuan
dan manfaat bersama.
e)
Menciptakan
komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur informasi, publikasi serta pesan
dari badan/ organisasi ke publiknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua
belah pihak.
Dua pendapat
tentang fungsi humas di atas dapat disimpulkan sebagai yang pertama yaitu Agen
pembaharuan, kedua Wadah kerja sama, Ketiga Penyalur aspirasi, Keempat Pemberi
informasi.
Di samping memberdayakan secara optimal staf yang dimilikinya,
sekolah yang efektif akan menaruh perhatian yang sungguh-sungguh pula terhadap
pemberdayaan masyarakat sekolah. Hal itu akan diwujudkan dengan cara menyediakan
wadah yang memungkinkan mereka, yaitu pihak-pihak yang berkepentingan, ikut
terlibat dalam memikirkan, membahas, membuat keputusan, dan mengontrol
pelaksanaan sekolah. Wadah seperti itu, dalam penyelenggaraan sekolah-sekolah
di Australia dikenal sebagai “school council”, yang di Indonesia diusulkan
komite sekolah, orang tua murid, anggota masyarakat setempat (seperti tokoh
agama, pengusaha, petani sukses, cendikiawan, politikus, dan sejenisnya),dan
refresentatif staf dari Depdiknas setempat.
6.
Budaya
sekolah
Budaya sekolah merupakan tatanan nilai, kebiasaan,
kesepakatan-kesepakatan yang direfleksikan dalam tingkah laku keseharian, baik
perorangan maupun kelompok. Budaya sekolah dapat diartikan sebagai respon
psikologis penghuni sekolah terhadap peristiwa kehidupan keseharian yang
terjadi di sekolah. Budaya sekolah akan berpengaruh terhadap pencapaian misi
sekolah apabila melahirkan respon psikologis yang postif dan menyenangkan bagi
sebagian besar atau seluruh penghuni sekolah. Sebaliknya, budaya sekolah
bersifat destruktif apabila melahirkan respon yang negatif atau kurang
menyenangkan bagi sebagian besar atau seluruh penghuni sekolah. Budaya sekolah
dalam pengertian ini sering diartikan sama dengan iklim sekolah, yaitu suasana
kehidupan keseharian yang berlangsung di sekolah yang memberi pengaruh langsung
atau tidak langsung terhadap respon psikologis para penghuninya.[10]
Uraian tersebut, memperkuat pemahaman bahwa sekolah sebagai
institusi yang mempersiapkan sumber daya manusia unggul sudah selayaknya
mempunyai kekuatan-kekuatan yang didukung indikator yang terukur termasuk
masalah efektivitas. Efektivitas organisasi termasuk lembaga pendidikan, sangat
erat kaitannya dengan kinerja organisasi itu sendiri, yang dibangun oleh
kekuatan personil, kelompok dan organisasi secara totalitas.
Dengan demikian, konsep sekolah unggul adalah sekolah yang mampu
mengerahkan segala sumber daya sekolah melalui tindakan yang rasional dan
sistematik yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan tindakan,
dan pengendalian sehingga sekolah tersebut mampu menjadi “adaptive schools”
yang mampu menangani permasalahan yang dihadapi dan mampu menunjukkan
kapabilitasnya dalam merenovasi sehingga sekolah memiliki kemampuan beradaptasi
dengan perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya sehingga menghasilkan
pendidikan yang bermutu baik dalam kuantitas maupun kualitas.
Sekolah unggul dipersepsi oleh masyarakat secara berbeda. Ada yang
mempersepsi sekolah unggul adalah sekolah yang mahal. Sebagian masyarakat
memahami sekolah unggul adalah sekolah yang dengan fasilitas yang mewah dan
lengkap. Keunggulan sekolah terkadang juga diukur dengan kemampuan akademis.
Bahkan, kenyataan di lapangan, sekolah diakui sebagai sekolah unggulan jika
memiliki legitimasi dari pemerintah bukan atas inisiatif masyarakat atau
pengakuan masyarakat. Sehingga penetapan sekolah unggulan cenderung bermuatan
politis dari pada muatan edukatifnya. Pemerintah telah mengucurkan dana untuk
mengembangkan sekolah unggulan.
Karakter utama apa yang paling utama yang harus dimiliki oleh
sekolah unggul tersebut agar dapat bermakna dengan tujuan dan target yang
jelas, sehingga dapat menghasilkan dan meningkatkan mutu pendidikan Islam yang
diharapkan, serta dapat mengarah pada terwujudnya modernisasi system pendidikan
Islam. Memang tidak mudah merumuskan konsep sekolah unggul.[11]
Tiga hal mendasar yang dapat dijadikan membingkai konsep sekolah
unggul adalah:[12]
a.
Sekolah
unggul sebagaimana dikemukakan oleh Burhanuddin Tola dan Furqon adalah sekolah
yang memiliki kemampuan mengarahkan sumber daya sekolah melalui tindakan yang
rasional dan sistematik yang mencakup
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan tindakan, dan pengendalian
untuk mencapai tujuan sekolah yang meliputi
1)
layanan
belajar bagi siswa
2)
pengelolaan
dan layanan siswa
3)
sarana
dan prasarana,
4)
program
pembiayaan,
5)
melibatkan
partisipasi masyarakat,
6)
budaya
sekolah yang unggul.
Seluruh
sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal. Berati tenaga administrasi,
pengembang kurikulum di sekolah, kepala sekolah, dan penjaga sekolah pun harus
dilibatkan secara aktif. Karena semua sumber daya tersebut akan menciptakan
iklim sekolah yang mempu membentuk keunggulan sekolah.
Sekolah
unggul adalah sekolah yang dikelola secara profesional dengan memaksimalkan
partisipasi semua stakeholder sekolah, didukung kepemimpinan yang kuat,
memiliki budaya sekolah yang kuat, mengutamakan pelayanan pada siswa,
menghargasi prestasi setiap siswa sesuai dengan potensi masing-masing, dan
terpenuhinya harapan siswa.
b.
Sekolah
unggul adalah sekolah yang memaksimalkan fungsi dari mutu input peserta didik,
mutu kemampuan profesional guru, mutu penggunaan fasilitas belajar, dan budaya
sekolah sehingga menghasilkan pendidikan yang bermutu baik dalam nuansa
kuantitatif maupun kualitatif. Sekolah unggul adalah sekolah yang bermutu yang
berhasil menciptakan prestasi tinggi bagi siswanya.
Prestasi yang diharapkan
dicapai oleh siswa-siswa sekolah unggul bukan hanya prestasi akademis saja yang
ditumbuh-kembangkan. Profil sekolah unggulan tidak bisa hanya dilihat dari
karakteristik prestasi yang tinggi berupa nilai UN melainkan juga potensi psikis, fisik, etik, moral,
religi, emosi, spirit, adversity dan intelegensi.[13]
Sekolah unggul dalam arti sekolah bermutu adalah
1)
sekolah
yang mampu mengembangkan potensi siswa secara maksimal. Sekolah unggul bukanlah
sekolah yang menerapkan standar mutu input siswa yang tinggi karena akan
melahirkan lulusan yang bermutu tinggi. Adalah sesuatu yang biasa-biasa saja
apabila sekolah menyeleksi siswa yang bermutu tinggi pada akhirnya meluluskan
out put yang bermutu tinggi pula. Tetapi, keunggulan sekolah seharusnya diukur
dari tingkat kemampuan sekolah mengembangkan segala potensi siswa menjadi
output yang berkualitas unggul dalam segala bidang, baik akademik, fisik, etik,
moral, emosi, dan adversity,
2)
sekolah
yang memiliki kemampuan merancang kurikulum yang bagus sehingga mampu
memberikan layanan pembelajaran yang bermutu,
3)
Sekolah
yang didukung tenaga guru dan kependidikan yang handal
4)
sekolah
yang memiliki kemampuan menciptakan budaya sekolah yang kondusif sebagai
refleksi dari kinerja kepemimpinan profesional.
sekolah yang mampu mewujudkan
sebagai self renewing school” atau “adaptive schools” atau disebut juga sebagai
“learning organization”, yaitu suatu kondisi sekolah sebagai entitas yang mampu
menangani permasalahan yang dihadapi dan mampu menunjukkan kapabilitasnya dalam
merenovasi sehingga sekolah memiliki
kemampuan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi di sekitanya atau
“the adaptive organism” untuk mampu beradaptasi terus menerus.
IV.
PENUTUP
A.
Administrasi
sekolah adalah pengaturan dan pendayagunaan segenap sumber daya secara efektif
dan efisien dalam upaya tercapainya
tujuan secara optimal. sebagai seni
untuk menyelesaikan sesuatu. administrasi sekolah yang antara lain meliputi
empat hal, yaitu:
1.
administrasi
peserta didik,
2.
administrasi
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, serta struksut organisasinya,
3.
administrasi
keuangan,
4.
adminsitrasi
sarana prasaran,
5.
administrasi
hubungan sekolah dengan masyarakat,
6.
adminiatrasi
layanan khusus (bimbingan konseling, unit kesehatan siswa, unit koperasi
sekolah, dan kegiatan ekstra kurikuler.
B.
Budaya
sekolah yang efektif dan efisien dalam perspektif manajemen, merupakan proses
pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang
rasional dan sistematik (mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
tindakan, dan pengendalian) untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan
efisien. Selanjutnya jika dilihat dalam perspektif ini, dimensi dan indikator
sekolah efektif dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.
Layanan
Belajar Bagi Siswa
2.
Pengelolaan
dan Layanan Siswa
3.
Sarana
dan prasarana sekolah
4.
Program
dan pembiayaan
5.
Hubungan
dan partisipasi masyarakat
6.
Budaya
sekolah
V.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto,
Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya.
Supandi.
1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama
Universitas Terbuka.
Sutomo, dkk. Manajemen
Sekolah. Semarang : UPT MKK Universitas Negeri Semarang.
http://www.sekolahdasar.net/2010/07/pengertian-administrsi-sekolah.html,
http://sman11jkt.sch.id/menu-2/sas.html,
http://lailymyblog.blogspot.com/2008/01/sekolah.html#!/2008/01/sekolah.html
http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/07/membangun-budaya-prestasi-melalui.html,
http://www.sekolahdasar.net/2010/08/administrasi-hubungan-sekolah-dengan.html,
http://chrisna.blogdetik.com/2009/01/28/membangun-budaya-sekolah-sebuah-upaya-untuk-meningkatkan-kinerja-sekolah/,
[1] Sutomo,
dkk. Manajemen Sekolah. Semarang : UPT MKK Universitas Negeri Semarang.hal,. 6.
[2]
Ibid., hal 7.
[3] http://www.sekolahdasar.net/2010/07/pengertian-administrsi-sekolah.html,
diakses pada tanggal 1 juni 2012.
[4] http://sman11jkt.sch.id/menu-2/sas.html,
diakses pada tanggal 1 juni 2012.
[5] http://laily-myblog.blogspot.com/2008/01/sekolah.html#!/2008/01/sekolah.html,
diakses pada tanggal 1 juni 2012.
[6] Purwanto,
Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya. Hal. 45.
[7]
Ibid, hal,.47.
[8] http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/07/membangun-budaya-prestasi-melalui.html,
diakses pada tanggal 1 juni 2012.
[9]
http://www.sekolahdasar.net/2010/08/administrasi-hubungan-sekolah-dengan.html,
diakses pada tanggal 1 juni 2012.
[10] http://chrisna.blogdetik.com/2009/01/28/membangun-budaya-sekolah-sebuah-upaya-untuk-meningkatkan-kinerja-sekolah/,
diakses pada tanggal 1 juni 2012.
[11] Supandi.
1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama
Universitas Terbuka. Hal,. 65.
[12] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2250585-konsep-madrasah-unggulan/#ixzz1woUCWzjM,
diakses pada tanggal 1 juni 2012.
[13] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2250585-konsep-madrasah-unggulan/#ixzz1woUCWzjM,
diakses pada tanggal 1 juni 2012.
No comments:
Post a Comment