I.
PENDAHULUAN
Kurikulum
merupakan suatu rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup penting
dalam seluruh kegiatan pendidikan, juga menentukan proses pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Penyususnan kurikulum tidak dapat dikerjakan secara sembarangan,
mengingat pentingnya peran kurikulum di dalam pendidikan perkembangan kehidupan
manusia secara umum.
Dalam
merencanakan sebuah kurikulum, banyak faktor yang harus di pertimbangkan karena
merencanakan sebuah kurikulum bukanlah sebuah pekerjaan yang bmudah. Untuk itu
perlu dasar – dasar yang kuat agar
tujuan kurikulum tercapai sesuai dengan tujuan dan kebutuhan.
Pada
mumnya dalam merencanakan sebuah kurikulum kita dapat berpegang pada dasar –
dasar pemikiran yang pada umumnya telah dilakukan dalam penyusunan kurikulum,
yang pertama yaitu Asas filosofis ( asas
ini menunjukkan pada asas filsafat dan tujuan pendidikan, yang kedua adalah
Asas psikologis, dalam hal ini menyangkut pada psikologi belajar dan psikologi
anak, yang ketiga yaitu asas sosiologis yaitu yang kaitanya dengan masalah
sosial dalam pembelajaran, kemudian yang ke empat ayitu asas organisatoris yang
berkaitan dengan bentuk dan keorganisasian dalam kurikulum yang Sesuai denhgan perkembangan
masyarakat yang berlatar belakang berbeda-bed (
Ibrahim dan Benny Karyadi : 1996 : 15 ). Maka dalam pengembangan
kurikulum juga harus melibatkan masyarakat sehingga terbentuk kurikulum yang
ideal dan sistematik sesuai kebutuhan mereka agar berjalan secara terstruktur,
efektif dan efisien.
Maka dari
itu pemakalah akan mencoba menguraikan apa saja tentang Asas – asas
pengembangan kurikulum PAI dan kami mohon kritik dan saran dari Ibu Dosen dan
teman – teman sekalian karena dalam penyusunan makalah ini dari segi isi ataupun sistematika penulisan sudah tentu
masih sangat jauh dari kesempurnaan.
II.
RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas maka terdapat permasalahan sebagai berikut :
A.
Apa
dan Bagaimanakah asas – asas pengembangan kurikulum PAI ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Asas Filosofis.
Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan
kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut.
Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos,
philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti
kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran.
Asas berkaitan dengan sistem nilai.
Sistem nilai merupakan pandanagan seseorang tentang sesuatu terutama berkaitan
dengan arti kehidupan. Perbedaan pandangan dapat menyebabkan timbulnya
perbedaan arah pendidikan berlandaskan
kepada filsafat yang dianut, seorang
guru harus merinci arti pandangannya itu dalam suatu rumusan jelas ( Ibrahim & Benny Karyadi : 1996 : 15 ). Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa
keyakinan tententang kebenaran sebagai pegangan dapat menuntun guru mengerjakan tugas sehari hari
dengan lebih berarti bagi murid, oleh
karena itu wajar apabila kurikulum
senantiasa bertalian erat dengan
filsafat pendidikan, karena filsafat menentukan tujuan yang hendak dicapai
dengan alat yang disebut kurikulum.
Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu
bangsa seperti pancasila, kapitalisme, sosialisme, fasisme, komunisme dan
sebagainya dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk/ sebagai
pandangan hidup atau falsafah dalam arti praktis(Fitrotun Nisa : 2011).Dalam
penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan
Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang
pelaksanaannya melalui pendidikan.
Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan
sendirinya segala kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan,
harapannya tidak boleh bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam
kegiatan penyusunan kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada
hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan.
Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor
“baik” tidak hanya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang
dianut sebuah negara, tetapi juga oleh guru, orang tua, masyarakat, bahkan
dunia. Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa,
terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus
dicapai melalui pendidikan formal. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu
menjamin terwujudnya tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai
dengan filsafat negara. Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi
yang berbeda di dalam merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran
dan tata cara mengajarkan, serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh.
Apabila pemerintah bertukar, tujuan pendidikan akan berubah sama sekali. Di
Indonesia, penyusunan, pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus
memperhatikan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan
Negara sebagai landasan filosofis negara.
Filsafat sangat diperlukan dalam dunia pendidikan. Menurut Nasution filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum,
yakni:
Filsafat pendidikan menentukan
arah ke mana anak-anak harus dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga yang
didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga negara
yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan tujuan
pendidikan( Muslam: 2008: 53 ).
Dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil
pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk.
Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk
mencapai tujuan itu.
Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak
lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak.
Tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga
mana tujuan itu telah tercapai.
Tujuan pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar, bila
jelas diketahui apa yang ingin dicapai.
B.
Asas Psikologis
Dasar psikologis adalah dasar yang
memberikan prinsip tentang perkembangan anak dalam berbagai aspek serta caranya
dalam belajar, agar bahan yang di sediakan dapat di pahami dan di cerna sesuai
taraf perkembanganya (Muslam: 2008: 55).
1. Ilmu Jiwa Belajar ( Psikologi Belajar).
Pendidikan disekolah
diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak – anak dapat di didik.
Anak – anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah
sikapnya, dapat menerima norma- norma, dapat mempelajari macam – macam
keterampilan. Kurikulum dapat di susun dan disajikan dengan jalan yang
seefektif –efektifnya agar proses keberlangsungan belajar berjalan dengan baik
Teori belajar
dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar. Dengan demikian, ada hubungan
yang erat antara kurikulum dan psikologi belajar juga psikologi anak. Karena
hubungan yang sangat erat itu maka psikologi menjadi salah satu dasar kurikulum.
2. Ilmu jiwa anak.
Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan
anak, yakni menciptakan situasi – situasi dimana anak dapat belajar untuk
mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad, anak tidak dipandang sebagai
manusia yang lain daripada orang dewasa. Hal ini tampak dari kurikulum yang
mengutamakan bahan, sedangkan anak “dipaksa” menyesuaikan diri dengan bahan
tersebut dengan segala kesulitannya. Padahal anak mempunyai kebutuhan sendiri
sesuai dengan perkembangannya. Pada permulaan abad ke -20, anak kian mendapat
perhatian menjadi salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Kemudian
muncullah aliran progresif, yakni kurikulum yang semata-mata didasarkan atas
minat dan perkembangan anak (child centered curiculum). Kurikulum ini dapat
diapandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang diperlukan orang dewasa tanpa
menghiraukan kebutuhan anak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dlam
pengembangan kurikulum adalah:
a)
Anak bukan miniatur orang dewasa.
b)
Fungsi sekolah di antaranya mengembangkan pribadi
anak seutuhnya.
c)
Faktor anak harus diperhatikan dalam pengembangan
kurikulum.
d) Anak harus menjadi pusat
pendidikan/sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar.
e)
Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain
dari yang lain. Kurikulum hendaknya mempertimbangkan keunikan anak agar ia
sedapat mungkin berkembang sesuai dengan bakatnya.
Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain, banyak pula persamaan di
antara mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat sama bagi semua.
C.
Asas Sosiologis
Asas ini berkaitan dengan penyampaian
kebudayaan, Proses sosialisasi individu dan rekontruksi masyarakat. Dalam
membina kurikulum, kita sering kali menemui kesulitan tentang bentuk-bentuk
kebudayaan mana yang patut disampaikan serta kearah mana proses sosialisai
tersebut ingin dikontruksi sesuai dengan tuntutan masyrakat (muzammilah :
2011). Masyarakat mempunyai norma-norma, ada kebiasaan yang mau tidak mau harus
dikenal dan diwujudkan anak-anak dalam kelakuannya. Disini juga harus dijaga
keseimbangan antara kepentingan anak
sebagai individu dengan kepentingan anak sebagai anggota masyarakat, dan ini
dapat dicapai apabila dicegah kurikulum yang semata mata bersifat
suciety-centered. Landasan sosial budaya ternyata bukan hanya semata-mata
digunakan dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional, melainkan juga
bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingkat sekolah atau bahkan tingkat
pengajaran
D.
Asas Organisatoris.
Asas ini mengenai bentuk penyajian bahan
pelajaran, yakni organisasi kurikulum. Ilmu jiwa asosiasi yang menganggap bahwa
keseluruhan jumlah sebagian kurikulum merupakan mata pelajaran yang terpisah –
pisah, yang mempunyai keuntungan dan juga kelemahan. Menurut Gestalt, prinsip
keseluruhan mempengaruhi organisasi kurikulum yang telah di susun secara unit,
tidak diadakan batasan antar mata pelajaran.
Dilihat dari organisasinya, ada tiga kemungkinan
tipe bentuk kurikulum: (Muslam: 2008: 55).
1.
Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang
terpisah-pisah, (separatet subjec curriculum).
2.
Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang
sejenis dihubung-hubungkan (correlated curiculum).
3.
Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua / hampir
semua maka pelajaran (integrated curriculum).
Pada seperated subjeck curriculum, bahan
dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit, sehingga banyak jenismata
pelajaran dan menjadi sempit ruang lingkupnya(Fitrotun Nisa : 2011). sedangkan
correlated curriculum mata pelajaran itu di hubungkan antara satu dengan yang
lainya, sehingga tidak berdiri sendiri – sendiri pada separated subject
curriculum dan ini dibuat sebagai reaksi terhadap kurikulum yang di anggap
kurang sempurna. Pada integrated curriculum, kurikulum dipadukan secara
menyeluruh dan dalam kesatuan, dan diharapkan dapat membentuk manusia yang utuh.
Menurut muzammilah di dalam artikelnya ( muzammilah : 2011 ) bahwa asas –
asas pengembangan kurikulum yaitu terbagi enjadi mempat bagian yang berbeda
dari uraian diatas, yaitu :
1. Asas Filosofis
2. Asas Psikologis
3. Asas Sosiologis
4. Asas teknologi
Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan.
Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat
efektivitas dan efisien proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan
guru, terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya. Dengan majunya teknologi
informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri
sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka
antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media
instruksional baik yang berupa media cetak maupun non cetak terutama media
elektronik, misalnya komputer, internet, rekaman video, dan sebagainya.
Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan dilakukan
dengan berbagai system penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh,
yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan
Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.
IV.
KESIMPULAN
A.
Asas
filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat atau
cita-cita yang dianut negara.
B.
Asas psikologis menyangkut psikologi anak dan
psikologi belajar.
C.
Asas sosiologis menyangkut kegiatan dalam
kehidupan bermasyarakat.
D.
Asas organisatoris melingkupi bagaimana bahan
ajar yang akan disajikan dalam proses pembelajaran.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim & Benny Karyadi. Cet ke-4. 1996. Materi Pokok
Pengembangan Inovasi dan Kurikulum. Jakarta : Universitas Terbuka.
Muslam. 2008. Pengembangan Kurikulum Agama Islam Teoritis dan
Praktis. Semarang : PKPI2 Semarang.
Muslam. 2008. Pengembangan Kurikulum Untuk MI/PAI Teoritis dan
Praktis. Semarang : PKPI2 Semarang.
Ancharyu.(2010). asas asas
pengembengan dalam kurikulum. from: http://ancharyu.wordpress.com/2010/02/25/asas-pengembangan-kurikulum/,
02 oktober 2012.
Fitrotun Nisa, Ana. ( 2011 ). Asas dan Faktor Pengembangan
Kurikulum PAI. From: http://yuukbelajar.blogspot.com/2011/05/asas-dan-faktor-pengembangan-kurikulum.html,
02 Oktober 2012.
Muzammilah. ( 2011 ). Asas Asas Pengembangan Kurikulum. From : http://muzzam.wordpress.com/2011/03/20/asas-asas-kurikulum/,
02 Oktober 2012.
No comments:
Post a Comment