Tuesday 7 March 2017

Asas Asas Pengembangan Kurikulum Pai



       I.            PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup penting dalam seluruh kegiatan pendidikan, juga menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Penyususnan kurikulum tidak dapat dikerjakan secara sembarangan, mengingat pentingnya peran kurikulum di dalam pendidikan perkembangan kehidupan manusia secara umum.
Dalam merencanakan sebuah kurikulum, banyak faktor yang harus di pertimbangkan karena merencanakan sebuah kurikulum bukanlah sebuah pekerjaan yang bmudah. Untuk itu perlu dasar – dasar yang kuat  agar tujuan kurikulum tercapai sesuai dengan tujuan dan kebutuhan.
Pada mumnya dalam merencanakan sebuah kurikulum kita dapat berpegang pada dasar – dasar pemikiran yang pada umumnya telah dilakukan dalam penyusunan kurikulum, yang  pertama yaitu Asas filosofis ( asas ini menunjukkan pada asas filsafat dan tujuan pendidikan, yang kedua adalah Asas psikologis, dalam hal ini menyangkut pada psikologi belajar dan psikologi anak, yang ketiga yaitu asas sosiologis yaitu yang kaitanya dengan masalah sosial dalam pembelajaran, kemudian yang ke empat ayitu asas organisatoris yang berkaitan dengan bentuk dan keorganisasian dalam kurikulum yang Sesuai denhgan perkembangan masyarakat yang berlatar belakang berbeda-bed (  Ibrahim dan Benny Karyadi : 1996 : 15 ). Maka dalam pengembangan kurikulum juga harus melibatkan masyarakat sehingga terbentuk kurikulum yang ideal dan sistematik sesuai kebutuhan mereka agar berjalan secara terstruktur, efektif dan efisien.
Maka dari itu pemakalah akan mencoba menguraikan apa saja tentang Asas – asas pengembangan kurikulum PAI dan kami mohon kritik dan saran dari Ibu Dosen dan teman – teman sekalian karena dalam penyusunan makalah ini dari segi  isi ataupun sistematika penulisan sudah tentu masih sangat jauh dari kesempurnaan.
    II.            RUMUSAN MASALAH

Dari uraian diatas maka terdapat permasalahan sebagai berikut :
A.    Apa dan Bagaimanakah asas – asas pengembangan kurikulum PAI ?

 III.            PEMBAHASAN

A.    Asas Filosofis.
Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut.
Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran.
 Asas berkaitan dengan sistem nilai. Sistem nilai merupakan pandanagan seseorang tentang sesuatu terutama berkaitan dengan arti kehidupan. Perbedaan pandangan dapat menyebabkan timbulnya perbedaan arah pendidikan  berlandaskan kepada filsafat  yang dianut, seorang guru harus merinci arti pandangannya itu dalam suatu rumusan jelas (  Ibrahim & Benny Karyadi : 1996 : 15 ).  Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa keyakinan tententang kebenaran sebagai pegangan dapat  menuntun guru mengerjakan tugas sehari hari dengan  lebih berarti bagi murid, oleh karena itu wajar apabila kurikulum  senantiasa  bertalian erat dengan filsafat pendidikan, karena filsafat menentukan tujuan yang hendak dicapai dengan alat yang disebut kurikulum.
Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti pancasila, kapitalisme, sosialisme, fasisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk/ sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam arti praktis(Fitrotun Nisa : 2011).Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan.
Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya tidak boleh bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan.
Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik” tidak hanya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah negara, tetapi juga oleh guru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia. Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa, terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu menjamin terwujudnya tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara. Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara mengajarkan, serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh. Apabila pemerintah bertukar, tujuan pendidikan akan berubah sama sekali. Di Indonesia, penyusunan, pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai landasan filosofis negara.
Filsafat sangat diperlukan dalam dunia pendidikan. Menurut Nasution  filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum, yakni:
 Filsafat pendidikan menentukan arah ke mana anak-anak harus dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga negara yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan tujuan pendidikan(  Muslam: 2008: 53 ).
Dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk.
Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu.
Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak.
Tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga mana tujuan itu telah tercapai.
Tujuan pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai.

B.     Asas Psikologis
Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan prinsip tentang perkembangan anak dalam berbagai aspek serta caranya dalam belajar, agar bahan yang di sediakan dapat di pahami dan di cerna sesuai taraf perkembanganya (Muslam: 2008: 55).
1.      Ilmu Jiwa Belajar ( Psikologi Belajar).
Pendidikan disekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak – anak dapat di didik. Anak – anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma- norma, dapat mempelajari macam – macam keterampilan. Kurikulum dapat di susun dan disajikan dengan jalan yang seefektif –efektifnya agar proses keberlangsungan belajar berjalan dengan baik
Teori belajar dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar. Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara kurikulum dan psikologi belajar juga psikologi anak. Karena hubungan yang sangat erat itu maka psikologi menjadi salah satu dasar kurikulum.
2.      Ilmu jiwa anak.
Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi – situasi dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad, anak tidak dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa. Hal ini tampak dari kurikulum yang mengutamakan bahan, sedangkan anak “dipaksa” menyesuaikan diri dengan bahan tersebut dengan segala kesulitannya. Padahal anak mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Pada permulaan abad ke -20, anak kian mendapat perhatian menjadi salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Kemudian muncullah aliran progresif, yakni kurikulum yang semata-mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak (child centered curiculum). Kurikulum ini dapat diapandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang diperlukan orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan anak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dlam pengembangan kurikulum adalah:
a)        Anak bukan miniatur orang dewasa.
b)        Fungsi sekolah di antaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya.
c)        Faktor anak harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum.
d)       Anak harus menjadi pusat pendidikan/sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar.
e)        Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain. Kurikulum hendaknya mempertimbangkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin berkembang sesuai dengan bakatnya.
Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain, banyak pula persamaan di antara mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat sama bagi semua.

C.    Asas Sosiologis
Asas ini berkaitan dengan penyampaian kebudayaan, Proses sosialisasi individu dan rekontruksi masyarakat. Dalam membina kurikulum, kita sering kali menemui kesulitan tentang bentuk-bentuk kebudayaan mana yang patut disampaikan serta kearah mana proses sosialisai tersebut ingin dikontruksi sesuai dengan tuntutan masyrakat (muzammilah : 2011). Masyarakat mempunyai norma-norma, ada kebiasaan yang mau tidak mau harus dikenal dan diwujudkan anak-anak dalam kelakuannya. Disini juga harus dijaga keseimbangan antara kepentingan  anak sebagai individu dengan kepentingan anak sebagai anggota masyarakat, dan ini dapat dicapai apabila dicegah kurikulum yang semata mata bersifat suciety-centered. Landasan sosial budaya ternyata bukan hanya semata-mata digunakan dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional, melainkan juga bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingkat sekolah atau bahkan tingkat pengajaran

D.    Asas Organisatoris.
Asas ini mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran, yakni organisasi kurikulum. Ilmu jiwa asosiasi yang menganggap bahwa keseluruhan jumlah sebagian kurikulum merupakan mata pelajaran yang terpisah – pisah, yang mempunyai keuntungan dan juga kelemahan. Menurut Gestalt, prinsip keseluruhan mempengaruhi organisasi kurikulum yang telah di susun secara unit, tidak diadakan batasan antar mata pelajaran.
Dilihat dari organisasinya, ada tiga kemungkinan tipe bentuk kurikulum: (Muslam: 2008: 55).
1.        Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, (separatet subjec curriculum).
2.        Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis dihubung-hubungkan (correlated curiculum).
3.        Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua / hampir semua maka pelajaran (integrated curriculum).
Pada seperated subjeck curriculum, bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit, sehingga banyak jenismata pelajaran dan menjadi sempit ruang lingkupnya(Fitrotun Nisa : 2011). sedangkan correlated curriculum mata pelajaran itu di hubungkan antara satu dengan yang lainya, sehingga tidak berdiri sendiri – sendiri pada separated subject curriculum dan ini dibuat sebagai reaksi terhadap kurikulum yang di anggap kurang sempurna. Pada integrated curriculum, kurikulum dipadukan secara menyeluruh dan dalam kesatuan, dan diharapkan dapat membentuk manusia yang utuh.

Menurut muzammilah di dalam artikelnya ( muzammilah : 2011 ) bahwa asas – asas pengembangan kurikulum yaitu terbagi enjadi mempat bagian yang berbeda dari uraian diatas, yaitu :
1.      Asas Filosofis
2.      Asas Psikologis
3.      Asas Sosiologis
4.      Asas teknologi
Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya. Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer, internet, rekaman video, dan sebagainya.
Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.

























 IV.            KESIMPULAN
A.    Asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat atau cita-cita yang dianut negara.
B.     Asas psikologis menyangkut psikologi anak dan psikologi belajar.
C.     Asas sosiologis menyangkut kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat.
D.    Asas organisatoris melingkupi bagaimana bahan ajar yang akan disajikan dalam proses pembelajaran.

























    V.            DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim & Benny Karyadi. Cet ke-4. 1996. Materi Pokok Pengembangan Inovasi dan Kurikulum. Jakarta : Universitas Terbuka.

Muslam. 2008. Pengembangan Kurikulum Agama Islam Teoritis dan Praktis. Semarang : PKPI2 Semarang.

Muslam. 2008. Pengembangan Kurikulum Untuk MI/PAI Teoritis dan Praktis. Semarang : PKPI2 Semarang.

Ancharyu.(2010). asas asas pengembengan dalam kurikulum. from: http://ancharyu.wordpress.com/2010/02/25/asas-pengembangan-kurikulum/, 02 oktober 2012.

Fitrotun Nisa, Ana. ( 2011 ). Asas dan Faktor Pengembangan Kurikulum PAI. From: http://yuukbelajar.blogspot.com/2011/05/asas-dan-faktor-pengembangan-kurikulum.html, 02 Oktober 2012.

Muzammilah. ( 2011 ). Asas Asas Pengembangan Kurikulum. From : http://muzzam.wordpress.com/2011/03/20/asas-asas-kurikulum/, 02 Oktober 2012.

No comments:

Post a Comment