Monday 6 March 2017

Lingkungan Pendidikan dalam Perspektif Islam




BAB I   PENDAHULUAN

كل مولود يولد على الفطرة فٲبواه ٲن يھودانه ٲوينصرانه اويمخسانه
“Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda; Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.[1]
Manusia diciptakan-Nya dalam keadaan suci sampai ia terlahir. Sejak lahir seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dia dirawat, dijaga dan dididik oleh orang tua, keluarga, dan masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan sampai kemudian terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya.
Kegiatan pendidikan dan pembelajaran itu diselenggarakan nilai dengan cara-cara konvensional (alami) menurut pengalamatn hidup, sampi pada cara formal yang metodik dan sistematik institusional (pendidikan sekolah) menurut kemampuan konseptik rasional yang bersifat islami maupun modern. Karena pada dasarnya sebelum manusia terlahir di dunia ia diciptakan dalam keadaan suci bahkan tanpa pengalaman suatu apapun.
  
BAB II   PERMASALAHAN

Dari uraian yang telah kami ungkapkan tersebut, pemakalah dapat menarik beberapa permasalahan.
1.      Apa  lingkungan pendidikan islam itu?
2.      Bagaimana lingkungan pendidikan islam menurut Hadist ?


BAB III  PEMBAHASAN

A.    lingkungan pendidikan islam.
Lingkungan adalah sesuatu  yang berada diluar diri anak dan mempengaruhi perkembanganya. Menurut Sartain (Ahli psikolog dari Amerika)  mengatakan bahwa yang dimaksud lingkungan sekitar adalah meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi  tingka laku manusia, pertumbuhan, perkembagan, kecuali gen-gen.[2]
Dalam literatur pendidikan, lingkungan biasanya disamakan dengan institusi atau lembaga pendidikan. Meskipun kajian ini tidak dijelaskan dalam al-Qur’an secara eksplisit, akan tetapi terdapat beberapa isyarat yang menunjukkan adanya lingkungan pendidikan tersebut. Oleh karenanya, dalam kajian pendidikan Islam pun, lingkungan pendidikan mendapat perhatian.Pengaruh lingkungan ini tentu dianalisis dengan menggunakan paradigma pendidikan Islam. Lingkungan dalam perspektif pendidikan Islam harus menunjang tercapainya tujuan pendidikan Islam. Jika lingkungan tidak sinergis dengan pencapaian tujuan pendidikan, maka ketercapaian tujuan pendidikan Islam sangat sulit dilakukan.[3]
Secara Fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh anak, seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem syaraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indoktrin, sel-sel pertumbuhan dan kesehatan jasmani.
Secara psikologis, lingkungan mencakup segala stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak dalam konsepsi, kelahiran, sampai matinya. Stimulasi itu misalnya, berupa sifat genus, interaksi genus, selera,  keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi, dan kapasitas intelektual.
Secara sosio cultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi, dann kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok, pola hidup masyarakat, letihan, pendidikan, belajar, pengajaran, bimbingan dan penyuluhan adalah termasuk lingkungan ini.[4]
Sedangkan Pendidikan adalah ihktiar atau usaha manusia mandiri dan bertanggung jawab baik terhadap dirinya maupun segala sesuatu diluar dirinya, orang lain, hewan dan sebagainya.[5]
Sabda rasulullah SAW
كن عالما أو متعلما أو مستمعا ولا تكن للرابع فتهلك
Artinya: Jadilah engkau orang yang belajar atau orang yang mengajar ataupun orang yang mendengakan tetapi janganlah engkau menjadi orang yang ke empat maka niscaya kamu akan rusak[6]
. Sabda rasulullah SAW
البخاري قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من يرد الله خيرا يفقهه في الدين, وإنما العلم باالتعلم.[7]
Artinya : Imam bukhori berkata, “ Rasulullah SAW telah bersabda barang siapa yang dikehendaki Allah untuk menjadi baik maka akan di pandaikan dalam urusan agama, dan sesungguhnya ilmu itu didapat dari belajar “

B.     lingkungan Pendidikan islam menurut hadist

a.      Lingkungan Keluarga
kelurga dikenal dengan istilah usrah, nasl, ali, dan nasb. Keluarga dapat diperoleh melalui keturunan ( anak, cucu ), perkawinan ( suami, istri ) persusuan dan pemerdekaan.[8]
Peranan keluarga dalam pendidikan adalah sebagai awal mula dari terbentuknya karakter pada diri manusia, didalam kelurga terdapat ibu yang berperan penting dalam menjaga, memelihara dan keadaan rumah suaminya serta mendidik anak – anaknya. Dalam hal ini seperti pada hadist nabi Muhammad saw.

والمرأة راعية على بيت بعلها وولده وهي مسؤولة عنهم
dan perempuan adalah pemimpin dirumah suaminya dan akan dimintai pertanggung jawaban dari kepemimpinannya itu “[9]
Sebagaimana keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk watak dan karakter manusia. Keluarga adalah lingkungan pertama dimana manusia melakukan komunikasi dan sosialisasi diri dengan manusia lain selain dirinya.  Di keluarga pula manusia untuk pertama kalinya dibentuk baik sikap maupun kepribadiannya. Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, karena didalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak.
Dalam ajaran Islam telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam sabdanya yang berbunyi:

كلّ مولودٍ يولد على الفطرة وانّما ابواه يمجّسا نه او يهـوّ دانه او ينصّرانه
Artinya: “Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah,maka sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Majusi, Yahudi dan Nasrani”[10]
Berdasarkan hadist tersebut, jelaslah bahwa orang tua memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian anak didik. Anak dilahirkan dalam keadaan suci, adalah menjadi tanggung jawab orang tua untuk mendidiknya.
b.      Lingkungan Sekolah atau Madrasah
Madrasah adalah isim makan dari “ darasa” yang berarti tempat untuk belajar. Istilah madrasah yang sekarang ini telah menyatu atau identik dengan istilah sekolah atau perguruan tinggi ( perguruan tinggi islam ).[11]
Coba kita amati Sabda Rasulullah SAW :

من سلك طريقا يبتغي فيه علما سهل الله طريقا إلى الجنة, وإن الملائكة لتضع أجنحتها لطالب العلم رضا بما صنع وإن العالم ليستغفر له من في السموات ومن في الأرض حتى الحيتان في الماء, وفضل العالم علي العابد كفضل القمر علي سائر الكواكب , وإن العلماء ورثة الأنبياء.

Pada awal mulanya yaitu pada masa Rasulullah saw, masjid adalah merupakan sarana multi fungsi dalam pendidikan. Seiring dengan perkembangan zaman fungsi masjid menjadi menyempit hal itu terjadi karena lembaga-lembaga social kemasyarakatan semakin memadat, sehingga masjid sekarang terkesan sebagai tempat beribadah saja. [12]

3.      Masyarakat
Lembaga pendidikan masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga sesudah keluarga dan sekolah. Corak ragam pendidikan yang diterima anak didik dalam masyarakat ini banyak sekali, yaitu meliputi segala bidang baik pembentukan  kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat maupun pembetukan kesusilaan dan keagamaan.
Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini bisa dikatakan pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak sadar oleh masyarakat. Dan anak didik secara sadar atau tidak telah mendidik dirinya sendiri, mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri, mempertebal keimanan serta keyakinan dan keagamaan di dalam masyarakat.
Anak-anak bergaul dalam masyarakat, di sana mereka menyaksikan berbagi peristiwa, di sana mereka melihat orang-orang berperilaku, dan di sana pula mereka akan selalu menemukan sejumlah aturan dan tuntutan yang seyogyanya dipenuhi oleh yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak-anak dalam masyarakat tersebut akan memberikan kontribusi tersendiri dalam pembentukan perilaku dan perkembangan pribadinya. Lingkungan masyarakat akan mendukung apa yang telah dikembangkan orang tua di rumah dan guru di sekolah, dan begitu sebaliknya. Jika rumah dan sekolah telah mengembangkan suatu budaya atau nilai yang relevan dengan apa yang dikembangkan di mayarakat , maka sangat mungkin akan muncul pengaruh yang saling mendukung, sehingga peluang pencapaiannyapun akan sangat besar

Rasullullah saw bersabda:
عن أبي رفاعة إنتهيت إلي النبي صلى الله عليه وسلم وهو يخطب فقال يارسول الله رجل غريب جاء يسأل عن دينه  لايدري ما دينه فأقبل علي رسول الله صلى الله عليه وسلم وترك خطبته حتى إنتهى  فأتي بكرسي حسبت قوائمه حديدا فقال فقعد عليه رسول الله صلى الله عليه وسلم وجعل يعلمني مما علمه الله ثم أتي خطبته فأتم أخرها ( رواه مسلم )

Dari abu Rifa’ah berkata : “ saya sampai kepada rasulullah saw, dan beliau sedang berkhutbah, “  saya berkata, “wahai Rasulullah ada seorang  musyafir ( abu Rifa’ah sendiri ) yang baru tiba, ingin bertanya kepada tuan tentang agama, dan dia tudak memngetahui apa agamanya,” kata abu Rifa’ah. Maka datanglah Rasulullah SAW, kepada saya dengan memetuskan khutbahnya, dan beliau diberi sebuah kursi yang seingat saya  kakinya dibuat dari besi, katanya abu Rifa’ah pula “ maka Rasulullah SAW duduk diatas kursi itu dan mulailah beliau mengajari saya tentang agama dan kemudian beliau kembali lagi untuk meneruskan khutbahnya sampai selesai.”( HR Muslim dan Abu Rifa’ah )[13]

Hadist tersebut dengan jelas menyebutkan bahwa sifat rasulullah yang menjadikan hal dalam hubungan kemasyarakatan adalah merupakan hal yang urgen dalam pergaulan. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan masyarakat sejak zaman Rasulullah adalah merupakan sarana pendidikan Pendidikan dalam masyarakat yang secara tidak langsung dan dilaksanakan dengan tidak sadar oleh masyarakat.

 

BAB IV  PENUTUP

Kesimpulan
Setelah kami uraiankan makalah tentang Lingkungan pendidikan dalam pendidikan Islam di atas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
1.         Pengertian Lingkungan adalah sesuatu  yang berada diluar diri anak dan mempengaruhi perkembanganya. Sedangkan Lingkungan pendidikan Islam dalam perspektif Islam adalah sesuatu yang ada disekeliling tempat anak melakukan adaptasi, yang meliputi lingkungan alam dan sosial.
2.         Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali dalam membentuk kepribadian anak, peran orang tua sangat penting dan berpengaruh sekali terhadap perkembangan jasmani maupun rokhani. Sedangkan Lingkungan Sekolah adalah lembaga pendidikan yang nomor dua sesudah keluarga, karena semakin besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan tanggung jawabnya sebagian kepada lembaga sekolah. Selanjutnya Pendidikan dalam lingkungan masyarakat, ini bisa dikatakan pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak sadar oleh masyarakat.
Demikianlah makalah yang dapat kami buat dan kami sampaikan. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini, dan makalah-makalah selanjutnya, serta penambahan wawasan dan pengalaman kami.

 

DAFTAR PURTAKA



Imam abi Muhammad bin abdillah bin sa’d bin abi jamroh, mukhtasor Abi jamroh lil bukhori, Alharamain jaya Indonesia
Mahyuddin bin abi  yahya, Riyadussholihin, Semarang : Maktabah Usaha Kelurga
Muzayyin Arifin. 2005. Filsafat pendidikan islam. jakarta : Bumi aksara
Muhaimin dan Abd Mujib. 1993. cet 1. pemikiran pendidikan islam. Bandung : PT trigenda karya
Poewadarminta WJS. 1982.  kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud, P3B Balai Pustaka
Nasr bin Muhammad, Tambihul ghofilin, Surabaya : Hidayah
Nur Uhbiyati dan  Abu  Ahmadi. 1997. Ilmu Pendidikan Islam . Bandung  : CV. Pustaka Setia
http://mhdkosim.blogspot.com/2008/12/makalah-filsafat-pendidikan-islam.html
 


LAMPIRAN – LAMPIRAN


وعن أبي الدرداء رضي الله تعالى عنه  قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول من سلك طريقا يبتغي فيه علما سهل الله طريقا إلى الجنة, وإن الملائكة لتضع أجنحتها لطالب العلم رضا بما صنع وإن العالم ليستغفر له من في السموات ومن في الأرض حتى الحيتان في الماء, وفضل العالم علي العابد كفضل القمر علي سائر الكواكب , وإن العلماء ورثة الأنبياء, وإن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهاما, إنما ورثوا العلم, فمن أخذه أخد الله بحظ وافر, رواه أبو داود والترمذي.[14]
Artinya :
Dai Abu Darda, RA berkata: Saya mendengar Rasulullah saw mengatakan dari catatan kawat jalan Eptga dari dataran adalah jalan ke surga, dan malaikat meletakkan sayap mereka untuk para pencari kepuasan pengetahuan, termasuk keputusan dan dunia untuk meminta pengampunan baginya di surga dan di bumi sampai ikan paus dalam air, dan keutamaan dunia seperti keunggulan Bulan semua planet lain, dan para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewarisi dinar dan tidak Dirham, tetapi mewarisi ilmu, siapa yang mengambil itu maka Allah akan kelimpahan keberuntungan untuknya, HR. Abu Dawud dan Tirmidzi.






عن أبي رفاعة إنتهيت إلي النبي صلى الله عليه وسلم وهو يخطب فقال يارسول الله رجل غريب جاء يسأل عن دينه  لايدري ما دينه فأقبل علي رسول الله صلى الله عليه وسلم وترك خطبته حتى إنتهى  فأتي بكرسي حسبت قوائمه حديدا فقال فقعد عليه رسول الله صلى الله عليه وسلم وجعل يعلمني مما علمه الله ثم أتي خطبته فأتم أخرها ( رواه مسلم )

Dari abu Rifa’ah berkata : “ saya sampai kepada rasulullah saw, dan beliau sedang berkhutbah, “  saya berkata, “wahai Rasulullah ada seorang  musyafir ( abu Rifa’ah sendiri ) yang baru tiba, ingin bertanya kepada tuan tentang agama, dan dia tudak memngetahui apa agamanya,” kata abu Rifa’ah. Maka datanglah Rasulullah SAW, kepada saya dengan memetuskan khutbahnya, dan beliau diberi sebuah kursi yang seingat saya  kakinya dibuat dari besi, katanya abu Rifa’ah pula “ maka Rasulullah SAW duduk diatas kursi itu dan mulailah beliau mengajari saya tentang agama dan kemudian beliau kembali lagi untuk meneruskan khutbahnya sampai selesai.”( HR Muslim dan Abu Rifa’ah )[15]


[2] Nur Uhbiyati dan  Abu  Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I (IPI), (Bandung, CV. Pustaka Setia, 1997) hlm.234
[4] http://sirojul.blog.com/2011/08/08/lingkungan-pendidikan-dalam-perspektif-pendidikan-islam/ diakses tgl 25 maret 2012
[5] Muzayyin Arifin,Filsafat pendidikan islam, 2005, jakarta : Bumi aksara, hal. 4
[6] Nasr bin Muhammad, Tambihul ghofilin, Surabaya : Hidayah , Hal 157
[7] Imam abi Muhammad bin abdillah bin sa’d bin abi jamroh, mukhtasor Abi jamroh lil bukhori, Alharamain jaya Indonesia, hal. 6
[8] Muhaimin dan Abd Mujib, pemikiran pendidikan islam, 1993, cet 1, bandung : PT trigenda karya, hal. 289
[9] Ibid, hal. 290
[11] Poewadarminta WJS, kamus Umum Bahasa Indonesia, 1982, Jakarta : Depdikbud, P3B Balai Pustaka, hal. 618
[12] Mahyuddin bin abi  yahya, Riyadussholihin, Semarang : Maktabah Usaha Kelurga, hal. 531
[13] Muhaimin dan Abd Mujib, pemikiran pendidikan islam, 1993, cet 1, bandung : PT trigenda karya, hal. 297-298
[14] Mahyuddin bin abi  yahya, Riyadussholihin, Semarang : Maktabah Usaha Kelurga, hal. 531
[15] Muhaimin dan Abd Mujib, pemikiran pendidikan islam, 1993, cet 1, bandung : PT trigenda karya, hal. 297-298

No comments:

Post a Comment